Novel Rara Anggraeni
Asmaradahana Panjalu Janggala.
S
|
emenjak ditaklukkannya Janggala oleh pasukan Daha
dibawah kepemimpinan Syri Naranatha Prabhu Jayabhaya pada Saka Warsa 1057,
pembersihan besar-besaran pun terjadi. Seluruh anak keturunan dari Mapanji
Garasakan yang selama ini menguasai Janggala disingkirkan sepenuh-penuhnya.
Daha berkuasa atas tanah Jawa. Bahkan kekuasaannya melebar hingga mencapai
Jambi dan Sêlat Hujung Mêdini. Pada masa itu teriakan ‘Panjalu Jayanti’
berkumandang gegap gempita. Namun, kemenangan tersebut bukanlah jaminan bagi Daha
menjadi aman. Pertikaian berdarah-darah masih saja terus terjadi. Bahkan
menantu Syri Naranatha Prabhu Jayabhaya, Mapanji Astradharma tewas karenanya.
Karena ketidaknyamanan yang menghinggapi bathin
Dyah Ayu Pramesthi, setelah kematian suaminya, Mapanji Astradharma, maka hak
atas tanta Daha yang seharusnya jatuh kepadanya ditinggalkan. Dirinya memilih
untuk mengasingkan diri ke puncak Gunung Kapucangan, mendirikan pashraman dan
menjadi seorang pertapa wanita dengan mengambil gelar Ajar Dewi Kili Suci Anom.
Tahta Daha lantas dilimpahkan kepada adik kandungnya, Mapanji Aryesywara atau
Mapanji Lêmbu Amêrdadu. Kelak jika Mapanji Lêmbu Amêrdadu telah lengser dari
tahta, maka yang berhak menggantikannya adalah putri sulungnya, Dyah Ayu Sasi
Kirana. Kini Mapanji Aryesywara diangkat sebagai Sang Rake Hino Daha, putra
mahkota yang kelak akan menggantikan Syri Naranatha Prabhu Jayabhaya ketika
lengser keprabhon.
Wilayah Janggala sendiri dipasrahkan kepada
Prabhu Sarwesywara atau Prabhu Lêmbu Amiluhur, putra ke tiga Syri Naranatha
Prabhu Jayabhaya. Diam-diam penguasa baru Janggala ini mengingini tahta Daha
kelak diduduki oleh putra sulungnya, Rahadyan Kuda Rawisrêngga. Dikirimkannya
utusan yang dipimpin oleh Rakryan Kanuruhan Kudanawarsa untuk mengajukan
pinangan terhadap Dyah Ayu Sasi Kirana ke Daha. Pinangan diterima dengan baik.
Namun ketika balik dari Daha, Rahadyan Kuda Rawisrêngga terpikat kecantikan
Rara Anggraeni, putri dari Rakryan Kanuruhan Kudanawarsa. Masalah muncul ketika
Rakryan Kanuruhan Kudanawarsa tidak mengingini putrinya hanya sekedar dijadikan
sêlir belaka. Putrinya harus dijadikan seorang paramesywari.
Keruwetan bertambah-tambah ketika Rakryan
Kanuruhan Kudanawarsa menggulirkan rencana untuk membatalkan perjodohan antara
Rahadyan Kuda Rawisrêngga dengan Dyah Ayu Sasi Kirana. Tahta Daha tetap harus
bisa diduduki oleh Rahadyan Kuda Rawisrêngga dengan Rara Anggraeni sebagai
paramesywari. Dan tahta Daha harus direbut dengan jalan peperangan! Muslihat
dan tipu daya pun ditebarkan. Keadaan semakin memanas ketika pasukan Janggala
lama yang dulu tersingkir dari Kadhaton Janggala, diam-diam ikut mendukung
rencana Rakryan Kanuruhan Kudanawarsa! Novel berdasarkan kisah-kisah Panji ini
menjadi lebih hidup dan menggairahkan dalam garapan tangan dingin Damar Shashangka.
Rara Anggraeni: Asmaradana Panjalu - Janggala
Damar Shashangka
@all right reserved
Hak Cipta Dilindungi oleh Undang-Undang
Penyunting: Damaika Saktiani
Desain Cover: Sugeng
Tata Letak: Yoels
Rara Anggraeni: Asmaradana
Panjalu - Janggala
Damar Shashangka, - Cet. 1 -
Yogyakarta: Narasi, 2016, 14,5 x 21 cm; 488 hlm
ISBN (10) 979-168-491-X
ISBN (13) 978-979-168-491-0
1.
2.
3.
4.
5.
Maaf. Bukankah pembagian kerajaan kahuripan menjadi Jenggala dan Panjalu terjadi pada zaman Prabhu Airlangga bukan pada Zaman Prabhu Jayabaya?
BalasHapusBenar. Coba dibaca lagi yang teliti sinopsis diatas. Bukankah Daha dan Janggala sudah ada pada jaman Jayabhaya? Tidak ada kalimat yang menyatakan Daha dan Janggala baru ada jaman Jayabhaya.
BalasHapus