Penyatuan ATMA dan SHAKTI.
Maya : Mas, dari dulu aku kok belum juga ngeh dengan simbolisme yang terkandung dalam perwujudan Lingga Yoni? Bukankah Lingga itu simbolisasi dari Penis dan Yoni simbolisasi dari Vagina? Terus apa kaitannya dengan spiritualitas? Kok kayaknya ga nyambung ? Ga ada korelasinya?
Damar : Hehehehe...
Maya : Kok cuma ketawa ? Jangan ketawa, aku serius...
Damar :Ketawaku juga serius..
Maya : Pasti ngetawain aku yang tengah berfikir jorok. Udah, ah. Jawab pertanyaanku.
Damar : Aku ketawa karena saat kamu berfikir Lingga Yoni, asumsi kamu pasti mengarah ke hal-hal yang jorok. Apa emang iya Lingga dan Yoni itu jorok ? Apa emang iya Penis dan Vagina itu jorok ?
Maya : Setidaknya begitulah asumsi yang terbangun dalam etika sosial masyarakat kita saat ini. Lantas, emang asumsi itu salah ?
Damar : Lho ? Siapa juga yang bilang salah ?
Maya : Berarti menurut mas ga ada hal jorok berkenaan dengan kedua alat reproduksi manusia itu ?
Damar : Siapa juga yang bilang gitu.
Maya : Ah, mas! Muter-muter! Seble...!!
Damar : Hahahahaha....Yang jelas, jorok sih enggak, kalau kurang etis, iya.
Maya : Nah, kan ?
Damar : Jorok itu kotor. Jorok itu menjijikkan. Jorok itu tidak suci. Asumsi ini yang salah total. Kalau kurang etis, emang bener. Karena kedua alat reproduksi manusia itu sangat-sangat pribadi sifatnya. Kecuali untuk keperluan spiritualitas dan Ilmu Pengetahuan, ga etis di ekspose! Ga etis diumbar-umbar!
Maya : Lantas. Menurut mas sah-sah saja jika gambar atau wujud yang menyerupai penis dan vagina ditampilkan ditempat ibadah dan dipajang ditempat pendidikan ?
Damar : Yup. Karena dengan ditampilkannya wujud kedua alat reproduksi manusia itu ditempat yang tepat, pasti tidak akan menimbulkan pergeseran nilai dan tujuan mengapa kedua wujud alat reproduksi manusia itu dipajang.
Sejak jaman dulu, dikuil-kuil Hindhu adalah hal yang lumrah menampilkan wujud vulgar penis dan vagina, se-vulgar tampilannya di universitas-universitas kedokteran seperti sekarang.
Maya : Hehehehe......Semacam sex education, ya! Nyambung aku sekarang.
Damar : Benar.. Diluar kedua tempat itu, mestinya tidak layak diumbar-umbar.
Maya : Kecuali ditempat tidur yah mas. Hihihihi....
Damar : Yeee...
Maya : Namun, mengapa sekarang kok cuman ajaran agama timur saja yang masih menganggap lumrah memajang gambaran penis dan vagina ditempat-tempat ibadah? Sepengetahuanku, ajaran-agama timur tengah, kok menabukannya?
Damar : Inilah kemerosotan nilai. Inilah kedangkalan makna sexualitas. Sex, termasuk kedua alat reproduksi manusia, menurut pandangan ajaran agama timur tengah, bukan lagi tidak etis ditampilkan, tapi juga jorok, jijik, kotor, cemar dan berdosa!
Maya : Nah, kan? Kata-kata dosa itu yang lagi-lagi ikut terus. Napa, ya?
Damar : Kamu harus maklum, masyarakat padang pasir kesadarannya waktu itu sangat-sangat rendah. Ga bisa melihat wujud semi vulgar sedikit saja, pikiran warasnya pasti udah ga tahan, goyah ! Walaupun tujuan pemajangan gambar-gambar alat reproduksi manusia itu dimaksudkan untuk mendidikan sex bahkan pendidikan spiritual, namun bagi otak orang-orang padang pasir, tuing-tuingnya lebih mendominasi daripada akal warasnya. Konyol !
Maya : Kayak anak kecil, dong ?
Damar : Makanya, orang-orang bijak disana, yang cukup waras dan lebih sadar dari masyarakat mayoritas melarang pemajangan gambar-gambar vulgar alat reproduksi manusia ditempat-tempat ibadah. Dan sampai sekarang, hal itu keterusan.
Maya : Menyedihkan....Pusing juga ya kalau seandainya jadi orang yang berkesadaran tinggi dan harus hidup ditengah-tengah orang yang berkesadaran rendah seperti itu.
Damar : Makanya, mas secara pribadi sangat salut kepada Para Nabi yang pernah lanir disana. Mereka cukup sabar hidup ditengah-tengah anak-anak TK...
Maya : Hihihihihi....
Damar : Dan yang perlu diluruskan, sesungguhnya kedua alat reproduksi manusia, bahkan pertemuan keduanya dalam sebuah hubungan persenggamaan, tidak lah jorok, tidak menjijikkan dan tidak berdosa! Ini perlu ditegaslan, sebab sangat kasihan sekali bagi mereka-mereka yang tumbuh dari lingkungan yang menganggap kotor sexualitas. Mereka yang tumbuh dilingkungan seperti ini, tidak akan mampu menikmati sex dengan kondisi kejiwaan yang bebas, karena mereka selalu merasa senantiasa dikejar-kejar oleh rasa bersalah yang sudah dicekokkan dibenak mereka lewat lingkungan dan orang tua.
Mereka-mereka yang gagal menikmati sex, mereka-mereka yang sulit merasakan orgasme, biasanya tumbuh dari lingkungan semacam itu.
Maya : Wah ! Dampak pemisahan secara tegas antara sex dengan spiritualitas bisa kayak gitu ya, mas..
Damar : Inilah kekeliruan yang harus dibenahi. Banyak dari kita yang terjebak merasa kotor karena masih suka ber-sex ria dengan pasangan kita, dan ujung-ujungnnya menjauhi rumah-rumah ibadah karena merasa risih dan segan.
Ujung-ujungnya lagi, jadi malas beribadah karena malu sama Yang Di Atas. Mau stop sex ga bisa. Mau tetep suka sex sembari menekuni spiritualitas kok rasanya ga nyaman. Akhirnya, spiritualitas di nomor duakan. Spiritualitas dipending dulu. Dan sekarang nikmati sex aja dulu. Nah, ini yang ga bener!
Maya : Iya ya mas. Jangankan berhubungan sex, wong masturbasi dan onani aja dianggap dosa! Wah....
Damar : Lakukan hubungan sex, asal jangan menyakiti siapapun dalam melakukannya.
Jangan melakukan hubungan sexdengan istri atau suami orang.
Jangan melakukan hubungan sex dengan pacar orang lain.
Jangan melakukan hubungan sex dengan cara paksa dan tipu daya.
Jangan melakukan hubungan sex diam-diam tanpa persetujuan orang tua si gadis, karena kalau diam-diam, itu namanya mencuri. Dan siapapun yang kecurian, pasti sakit hati!
Maya : Solusinya, melakukan hubungan sex yang bebas dari menyakiti siapapun adalah nikah, dong!
Damar : Tepat! Dan hal itu tidak bisa di otak-atik lagi.
Maya : Berarti mas tidak setuju dengan free sex?
Damar : Setuju tidak setuju. Karena free sex cenderung menyakiti orang lain.
Maya : Tapi ada lho, mas. Fenomena dimana orang tua oke-oke saja anak gadisnya ditiduri walau tidak dinikahi, demi imbalan materi. Bukankah fenomena seperti ini, tidak ada yang tersakiti. Si gadis oke, kedua orang tuanya juga oke, yang nidurin lebih oke lagi, bagaimana menurut mas?
Damar : Ada jaminan tidak si cowok tidak lari begitu saja meninggalkan si cewek jika tiba-tiba hamil ?
Ada jaminan tidak si cowok tidak mempunyai istri sah sehingga nanti bisa menimbulkan konflik baru jika hubungan seperti itu diketahui istri sahnya?
Maya : Hehehehehe....Iya..ya..
Damar : So, jangan macam-macam, deh. Intinya hubungan sex tidak berdosa sepanjang tidak ada yang tersakiti saat melakukannya. Dan, nikah atau Vivaha adalah solusi jitu untuk itu.
Maya : Siip, mas. Mudeng aku sekarang. Jadi, sex diluar nikah itu yang berdosa bukan karena sex-nya, bukan karena penis yang dimasukkan ke dalam vagina semata, tapi karena rawan menimbulkan konflik, rawan menyakiti. Itu intinya ya, mas.
Damar : Yup!
Maya : Kembali ke masalah simbolisasi Lingga dan Yoni. Makna inti dan sex education-nya apa sih, mas? Wong ya cuma wujud Lingga atau Penis yang tengah masuk kedalam Yoni atau Vagina, itu aja. Lantas letas educationnya dimana ?
Damar : Bukan sex education, tapi spiritual education!
Maya : Lho ?
Damar : Lingga sejak dahulu disalah tafsirkan sebagai wujud dari SHIVA dan Yoni disalah tafsirkan sebagai wujud PARVATI. Sebenarnya itu penafsiran yang keliru.
Maya : Yang benar ?
Damar : Lingga adalah simbolisasi dari Atma atau Ruh kita. Dan Yoni adalah simbolisasi dari SHAKTI atau Kekuatan Atma atau Kesadaran Atma.
Dalam wujud Lingga yang tengah melakukan penetrasi kedalam liang Yoni, maksudnya adalah KEMBALINYA KESADARAN, KEMBALINYA KEKUATAN ATMA yang selama ini tengah terselimuti dan tidur nyenyak oleh pengaruh Maya. Oleh pengaruh Prakrti, pengaruh Alam Materi.
Maya : Yaitu yang berwujud Suksma Sarira atau Badan Halus dan Sthula Sarira atau Badan Kasar ini.
Damar : Yup!
Damar : SHAKTI ini, terlelap tidur oleh karena belenggu Maya. Atma yang tengah kehilangan Shakti-Nya, kehilangan Kesadaran-Nya, menjadi Awidya, alias bodoh! Dia mengelirukan diri-Nya sebagai Suksma Sarira atau Badan Halus. Bahkan ada juga Atma yang mengelirukan diri-Nya adalah Sthula Sarira atau Badah Kasar. Menyangka diri-Nya hanyalah sekedar produk mekanik belaka, seperti robot. Rusak Sthula Sarira, tamat sudah diri-Nya. Begitu asumsi Atma yang tengah dilanda kebodohan ini.
Kewaspadaan, kecemerlangan, kekuatan, kebahagiaan, kedamaian, kesucian dari Atma, seolah hilang. Sangat-sangat menyedihkan kondisinya. Kewaspadaan, kecemerlangan, kekuatan, kebahagiaan, kedamaian, kesucian dari Atma tinggal kecil. Bagai setitik kerlip bintang dilangit. Redup.
Dalam kondisi penuh keterbatasan seperti ini, Atma cenderung resah, bimbang, terombang-ambing oleh hukum karmaphala. Terombang-ambing dalam dualitas atau Rvabhineda duniawi, yaitu suka-duka, untung-rugi, sakit-sehat dan lain-lain.
Atma benar-benar lemah. Tak berdaya. Cenderung salah dalam setiap tindakannya. Karma-karma buruk akan terus dia buat jika dia tidak segera sadar, tidak segera bangun kembali.
Maya : Dengan cara pembangkitan SHAKTI, atau pembangkitan KUNDALINI?
Damar : Benar! KUNDALINI artinya DEWI ULAR. Karena proses kenaikan Shakti dari satu cakra ke cakra diatasnya, dari satu kesadaran ke kesadaran diatasnya, harus melalui jaringan fisiologis fisik manusia yang melingkar-lingkar, mirip tubuh ular. Maka Shakti atau Kesadaran Atma, disebut juga KUNDALINI.
Maya : Dan KUNDALINI ini yang dilambangkan sebagai YONI atau VAGINA?
Damar : Benar. Karena Kundalini ini sangat lembut penuh Kasih. Begitu Dia bangkit, segala kekotoran yang menyumbat kesadaran-Nya akan terkikis habis tanpa sisa. Pergerakan-Nya pelan dan halus. Dialah Sumber Energi sejati. Dia bagai seorang Ibu. Dia bagai seorang Wanita cemerlang. Wanita yang merindukan pertemuan-Nya dengan kekasih sejati-Nya, yaitu Atma atau Ruh kita.
Maya : Oleh karena itu. Atma atau Ruh dilambangkan sebagai Lingga atau Penis atau Laki-laki yang dirindui Yoni atau Kundalini.
Dan apabila Kundalini ini sudah berhasil naik melalui cakra per cakra dan puncaknya bisa bertemu dengan Atma kita, maka PERTEMUAN INI DISIMBOLISASIKAN DALAM WUJUD LIANG YONI YANG DIMASUKI LINGGA. LINGGA DAN YONI ?
Damar : Tepat! Karena apabila Atma dan Shakti-Nya telah bertemu, sensasinya benar-benar nikmat. Mirip sensasi persetubuhan. Namun, lebih nikmat lagi dan tidak bida diungkapkan kata-kata....
Maya : Wow! Makanya aku pernah mendengar, bahwa sensasi sexual badaniah adalah percikan kecil dari sensasi PENCAPAIAN PUNCAK KESADARAN PURNA. Setiap makhluk diberi anugerah menikmati sensasi PENCAPAIAN PUNCAK KESADARAN PURNA dalam porsi kecil, yaitu sensasi sexual badaniah...Wah!
Damar : Hehehehe...
Maya : Kok cuma ketawa ? Jangan ketawa, aku serius...
Damar :Ketawaku juga serius..
Maya : Pasti ngetawain aku yang tengah berfikir jorok. Udah, ah. Jawab pertanyaanku.
Damar : Aku ketawa karena saat kamu berfikir Lingga Yoni, asumsi kamu pasti mengarah ke hal-hal yang jorok. Apa emang iya Lingga dan Yoni itu jorok ? Apa emang iya Penis dan Vagina itu jorok ?
Maya : Setidaknya begitulah asumsi yang terbangun dalam etika sosial masyarakat kita saat ini. Lantas, emang asumsi itu salah ?
Damar : Lho ? Siapa juga yang bilang salah ?
Maya : Berarti menurut mas ga ada hal jorok berkenaan dengan kedua alat reproduksi manusia itu ?
Damar : Siapa juga yang bilang gitu.
Maya : Ah, mas! Muter-muter! Seble...!!
Damar : Hahahahaha....Yang jelas, jorok sih enggak, kalau kurang etis, iya.
Maya : Nah, kan ?
Damar : Jorok itu kotor. Jorok itu menjijikkan. Jorok itu tidak suci. Asumsi ini yang salah total. Kalau kurang etis, emang bener. Karena kedua alat reproduksi manusia itu sangat-sangat pribadi sifatnya. Kecuali untuk keperluan spiritualitas dan Ilmu Pengetahuan, ga etis di ekspose! Ga etis diumbar-umbar!
Maya : Lantas. Menurut mas sah-sah saja jika gambar atau wujud yang menyerupai penis dan vagina ditampilkan ditempat ibadah dan dipajang ditempat pendidikan ?
Damar : Yup. Karena dengan ditampilkannya wujud kedua alat reproduksi manusia itu ditempat yang tepat, pasti tidak akan menimbulkan pergeseran nilai dan tujuan mengapa kedua wujud alat reproduksi manusia itu dipajang.
Sejak jaman dulu, dikuil-kuil Hindhu adalah hal yang lumrah menampilkan wujud vulgar penis dan vagina, se-vulgar tampilannya di universitas-universitas kedokteran seperti sekarang.
Maya : Hehehehe......Semacam sex education, ya! Nyambung aku sekarang.
Damar : Benar.. Diluar kedua tempat itu, mestinya tidak layak diumbar-umbar.
Maya : Kecuali ditempat tidur yah mas. Hihihihi....
Damar : Yeee...
Maya : Namun, mengapa sekarang kok cuman ajaran agama timur saja yang masih menganggap lumrah memajang gambaran penis dan vagina ditempat-tempat ibadah? Sepengetahuanku, ajaran-agama timur tengah, kok menabukannya?
Damar : Inilah kemerosotan nilai. Inilah kedangkalan makna sexualitas. Sex, termasuk kedua alat reproduksi manusia, menurut pandangan ajaran agama timur tengah, bukan lagi tidak etis ditampilkan, tapi juga jorok, jijik, kotor, cemar dan berdosa!
Maya : Nah, kan? Kata-kata dosa itu yang lagi-lagi ikut terus. Napa, ya?
Damar : Kamu harus maklum, masyarakat padang pasir kesadarannya waktu itu sangat-sangat rendah. Ga bisa melihat wujud semi vulgar sedikit saja, pikiran warasnya pasti udah ga tahan, goyah ! Walaupun tujuan pemajangan gambar-gambar alat reproduksi manusia itu dimaksudkan untuk mendidikan sex bahkan pendidikan spiritual, namun bagi otak orang-orang padang pasir, tuing-tuingnya lebih mendominasi daripada akal warasnya. Konyol !
Maya : Kayak anak kecil, dong ?
Damar : Makanya, orang-orang bijak disana, yang cukup waras dan lebih sadar dari masyarakat mayoritas melarang pemajangan gambar-gambar vulgar alat reproduksi manusia ditempat-tempat ibadah. Dan sampai sekarang, hal itu keterusan.
Maya : Menyedihkan....Pusing juga ya kalau seandainya jadi orang yang berkesadaran tinggi dan harus hidup ditengah-tengah orang yang berkesadaran rendah seperti itu.
Damar : Makanya, mas secara pribadi sangat salut kepada Para Nabi yang pernah lanir disana. Mereka cukup sabar hidup ditengah-tengah anak-anak TK...
Maya : Hihihihihi....
Damar : Dan yang perlu diluruskan, sesungguhnya kedua alat reproduksi manusia, bahkan pertemuan keduanya dalam sebuah hubungan persenggamaan, tidak lah jorok, tidak menjijikkan dan tidak berdosa! Ini perlu ditegaslan, sebab sangat kasihan sekali bagi mereka-mereka yang tumbuh dari lingkungan yang menganggap kotor sexualitas. Mereka yang tumbuh dilingkungan seperti ini, tidak akan mampu menikmati sex dengan kondisi kejiwaan yang bebas, karena mereka selalu merasa senantiasa dikejar-kejar oleh rasa bersalah yang sudah dicekokkan dibenak mereka lewat lingkungan dan orang tua.
Mereka-mereka yang gagal menikmati sex, mereka-mereka yang sulit merasakan orgasme, biasanya tumbuh dari lingkungan semacam itu.
Maya : Wah ! Dampak pemisahan secara tegas antara sex dengan spiritualitas bisa kayak gitu ya, mas..
Damar : Inilah kekeliruan yang harus dibenahi. Banyak dari kita yang terjebak merasa kotor karena masih suka ber-sex ria dengan pasangan kita, dan ujung-ujungnnya menjauhi rumah-rumah ibadah karena merasa risih dan segan.
Ujung-ujungnya lagi, jadi malas beribadah karena malu sama Yang Di Atas. Mau stop sex ga bisa. Mau tetep suka sex sembari menekuni spiritualitas kok rasanya ga nyaman. Akhirnya, spiritualitas di nomor duakan. Spiritualitas dipending dulu. Dan sekarang nikmati sex aja dulu. Nah, ini yang ga bener!
Maya : Iya ya mas. Jangankan berhubungan sex, wong masturbasi dan onani aja dianggap dosa! Wah....
Damar : Lakukan hubungan sex, asal jangan menyakiti siapapun dalam melakukannya.
Jangan melakukan hubungan sexdengan istri atau suami orang.
Jangan melakukan hubungan sex dengan pacar orang lain.
Jangan melakukan hubungan sex dengan cara paksa dan tipu daya.
Jangan melakukan hubungan sex diam-diam tanpa persetujuan orang tua si gadis, karena kalau diam-diam, itu namanya mencuri. Dan siapapun yang kecurian, pasti sakit hati!
Maya : Solusinya, melakukan hubungan sex yang bebas dari menyakiti siapapun adalah nikah, dong!
Damar : Tepat! Dan hal itu tidak bisa di otak-atik lagi.
Maya : Berarti mas tidak setuju dengan free sex?
Damar : Setuju tidak setuju. Karena free sex cenderung menyakiti orang lain.
Maya : Tapi ada lho, mas. Fenomena dimana orang tua oke-oke saja anak gadisnya ditiduri walau tidak dinikahi, demi imbalan materi. Bukankah fenomena seperti ini, tidak ada yang tersakiti. Si gadis oke, kedua orang tuanya juga oke, yang nidurin lebih oke lagi, bagaimana menurut mas?
Damar : Ada jaminan tidak si cowok tidak lari begitu saja meninggalkan si cewek jika tiba-tiba hamil ?
Ada jaminan tidak si cowok tidak mempunyai istri sah sehingga nanti bisa menimbulkan konflik baru jika hubungan seperti itu diketahui istri sahnya?
Maya : Hehehehehe....Iya..ya..
Damar : So, jangan macam-macam, deh. Intinya hubungan sex tidak berdosa sepanjang tidak ada yang tersakiti saat melakukannya. Dan, nikah atau Vivaha adalah solusi jitu untuk itu.
Maya : Siip, mas. Mudeng aku sekarang. Jadi, sex diluar nikah itu yang berdosa bukan karena sex-nya, bukan karena penis yang dimasukkan ke dalam vagina semata, tapi karena rawan menimbulkan konflik, rawan menyakiti. Itu intinya ya, mas.
Damar : Yup!
Maya : Kembali ke masalah simbolisasi Lingga dan Yoni. Makna inti dan sex education-nya apa sih, mas? Wong ya cuma wujud Lingga atau Penis yang tengah masuk kedalam Yoni atau Vagina, itu aja. Lantas letas educationnya dimana ?
Damar : Bukan sex education, tapi spiritual education!
Maya : Lho ?
Damar : Lingga sejak dahulu disalah tafsirkan sebagai wujud dari SHIVA dan Yoni disalah tafsirkan sebagai wujud PARVATI. Sebenarnya itu penafsiran yang keliru.
Maya : Yang benar ?
Damar : Lingga adalah simbolisasi dari Atma atau Ruh kita. Dan Yoni adalah simbolisasi dari SHAKTI atau Kekuatan Atma atau Kesadaran Atma.
Dalam wujud Lingga yang tengah melakukan penetrasi kedalam liang Yoni, maksudnya adalah KEMBALINYA KESADARAN, KEMBALINYA KEKUATAN ATMA yang selama ini tengah terselimuti dan tidur nyenyak oleh pengaruh Maya. Oleh pengaruh Prakrti, pengaruh Alam Materi.
Maya : Yaitu yang berwujud Suksma Sarira atau Badan Halus dan Sthula Sarira atau Badan Kasar ini.
Damar : Yup!
Damar : SHAKTI ini, terlelap tidur oleh karena belenggu Maya. Atma yang tengah kehilangan Shakti-Nya, kehilangan Kesadaran-Nya, menjadi Awidya, alias bodoh! Dia mengelirukan diri-Nya sebagai Suksma Sarira atau Badan Halus. Bahkan ada juga Atma yang mengelirukan diri-Nya adalah Sthula Sarira atau Badah Kasar. Menyangka diri-Nya hanyalah sekedar produk mekanik belaka, seperti robot. Rusak Sthula Sarira, tamat sudah diri-Nya. Begitu asumsi Atma yang tengah dilanda kebodohan ini.
Kewaspadaan, kecemerlangan, kekuatan, kebahagiaan, kedamaian, kesucian dari Atma, seolah hilang. Sangat-sangat menyedihkan kondisinya. Kewaspadaan, kecemerlangan, kekuatan, kebahagiaan, kedamaian, kesucian dari Atma tinggal kecil. Bagai setitik kerlip bintang dilangit. Redup.
Dalam kondisi penuh keterbatasan seperti ini, Atma cenderung resah, bimbang, terombang-ambing oleh hukum karmaphala. Terombang-ambing dalam dualitas atau Rvabhineda duniawi, yaitu suka-duka, untung-rugi, sakit-sehat dan lain-lain.
Atma benar-benar lemah. Tak berdaya. Cenderung salah dalam setiap tindakannya. Karma-karma buruk akan terus dia buat jika dia tidak segera sadar, tidak segera bangun kembali.
Maya : Dengan cara pembangkitan SHAKTI, atau pembangkitan KUNDALINI?
Damar : Benar! KUNDALINI artinya DEWI ULAR. Karena proses kenaikan Shakti dari satu cakra ke cakra diatasnya, dari satu kesadaran ke kesadaran diatasnya, harus melalui jaringan fisiologis fisik manusia yang melingkar-lingkar, mirip tubuh ular. Maka Shakti atau Kesadaran Atma, disebut juga KUNDALINI.
Maya : Dan KUNDALINI ini yang dilambangkan sebagai YONI atau VAGINA?
Damar : Benar. Karena Kundalini ini sangat lembut penuh Kasih. Begitu Dia bangkit, segala kekotoran yang menyumbat kesadaran-Nya akan terkikis habis tanpa sisa. Pergerakan-Nya pelan dan halus. Dialah Sumber Energi sejati. Dia bagai seorang Ibu. Dia bagai seorang Wanita cemerlang. Wanita yang merindukan pertemuan-Nya dengan kekasih sejati-Nya, yaitu Atma atau Ruh kita.
Maya : Oleh karena itu. Atma atau Ruh dilambangkan sebagai Lingga atau Penis atau Laki-laki yang dirindui Yoni atau Kundalini.
Dan apabila Kundalini ini sudah berhasil naik melalui cakra per cakra dan puncaknya bisa bertemu dengan Atma kita, maka PERTEMUAN INI DISIMBOLISASIKAN DALAM WUJUD LIANG YONI YANG DIMASUKI LINGGA. LINGGA DAN YONI ?
Damar : Tepat! Karena apabila Atma dan Shakti-Nya telah bertemu, sensasinya benar-benar nikmat. Mirip sensasi persetubuhan. Namun, lebih nikmat lagi dan tidak bida diungkapkan kata-kata....
Maya : Wow! Makanya aku pernah mendengar, bahwa sensasi sexual badaniah adalah percikan kecil dari sensasi PENCAPAIAN PUNCAK KESADARAN PURNA. Setiap makhluk diberi anugerah menikmati sensasi PENCAPAIAN PUNCAK KESADARAN PURNA dalam porsi kecil, yaitu sensasi sexual badaniah...Wah!
Damar : Tidak salah lagi, memang seperti itu!
Maya : Wah, aku jadi ingat mas. Dulu semasa kakekku masih hidup, dia adalah ahli pusaka, beliau punya banyak keris-keris kuno peninggalan Pajajaran, Majapahit dan lain-lain, setiap kali ada orang datang menanyakan apakah pusaka yang dia bawa masih memiliki TUAH atau KEKUATAN GAIB, kakek sering bilang TUAH atau KEKUATAN GAIB pusaka itu bernama YONI PUSAKA.
Begitu ada yang minta jawaban, kakek pasti menghunus keris tersebut untuk melihat apakah pusaka itu masih ada 'isi' atau TUAH atau KEKUATAN GAIB-nya. Dan ujung-ujungnya, kakek pasti punya dua jawaban :
-Pusaka ini masih memiliki YONI!- atau -Pusaka ini telah kehilangan YONI-nya.
Dulu aku berfikir, YONI kan VAGINA, apa pusaka punya vagina? Hihihihi..
Sekarang aku baru tahu dari mas.....
Damar : Hehehehe.....Yoni atau Shakti atau Kekuatan Gaib atau Kesadaran adalah istilah yang bermakna sama. Berkaitan dengan pusaka, tentu saja Yoni pusaka yang dimaksud orang-orang Jawa bukanlah Kundalini.
Maya : Yup. Hanya pengambilan istilah saja. Keris diibaratkan Lingga atau Atma. Guratan pamor dan bentuk keris diibaratkan Suksma Sarira atau Badan Halus. Warangka keris diibaratkan Sthula Sarira atau Badan kasar. Sedangkan Kekuatan Gaib sebuah keris diibaratkan Yoni. Keris yang telah 'kosong' diistilahkan 'sudah tidak mempunyai Yoni lagi'. Wah, Yoni tuh berarti penting banget yah, mas.
Damar : Hihihi....Jadi ahli keris saja kamu..
Maya : Mas, ah!
Damar : Hahahahaa......
Maya : Jelas sekarang, sexualitas tidak bisa cipisahkan dengan spiritualitas.
Damar : Tapi konyolnya, jika kita sering melakukan aktifitas sexual badaniah berlebihan, Kundalini yang hendak bangkit naik ke atas menemui Atma, akan tersalurkan ke bawah. Hanya akan tersalurkan menjadi gejolak sexualitas badaniah semata. Maka, pertemuan Kundalini dan Atma, akan terganggu.
Maya : Kok ?
Damar : Itu kenyataannya. Jika kita mampu mengendalikan aktifitas sexual yang berlebihan, Kundalini akan cepat bangkit naik keatas, menuju puncak cakra, menghampiri Atma yang sudah merindui-Nya...
Maya : Hihihihi....kasihan deh para cowok..
Damar : Hust! Mas juga cowok, lho..
Maya : Cory...lupa, hihihihi...
Damar : Dan persenggamaan, persetubuhan, aktifitas sexual badaniah, dimana dua orang lawan jenis melakukan persebadanan sehingga mencapai puncak kenikmatan, ini hanya perwujudan kasar, perwujudan rendah dari persenggamaan, persetubuhan, aktifitas sesual yang sebenarnya, yaitu PENYATUAN KEMBALI KESADARAN DENGAN SANG ATMA.
Aktifitas sexual rendah, dinamakan Pashu Bhava atau aktifitas sex hewaniah.
Aktifitas sexual yang sesungguhnya, yaitu PENYATUAN LINGGA DAN YONI, dinamakan Divya Bhava atau aktifitas sex illahiah.
Kita harus bangkit pelahan-lahan, dari Pashu Bhava menuju Divya Bhava....
Maya : Satu pertanyaan lagi, mas. Memang kenapa kita harus mengikis perilaku sex hewaniah kita ?
Damar : Aktifitas sex hewaniah atau Pashu Bhava adalah aktifitas Atma dalam kondisi keterbatasan kesadaran-Nya yang remang-remang. Atma sejatinya 'merindukan kenikmatan orgasme spiritual'. Namun Dia belum menemukan cara yang tepat.
Atma menyangka, kenikmatan itu bisa diperoleh dengan mencari diluar badan fisik ini. Padahal 'kenikmatan' itu hanya bisa didapat dan ditemukan didalam diri sendiri.
Kenikmatan orgasme hasil dari sex hewaniah, cenderung meruntuhkan kesadaran diri. Hal yang paling fatal adalah keterikatan dengan wujud-wujud fisik yang molek, gagah, cantik, tampan, yang disodorkan oleh Alam Maya. Padahal kamu telah paham, semua perwujudan yang disodorkan Maya tidaklah kekal adanya. Gampang hilang.
Apabila hukum Maya berlaku, yaitu ada pertemuan pasti ada perpisahan, maka Atma yang sudah terlanjur melekat terikat dengan wujud-wujud indah yang disodorkan Maya, apabila perpisahan sudah waktunya terjadi, maka kesedihan, penderitaan, patah hati, akan mudah menjerat Atma yang bodoh ini.
Selain itu, kemelekatan atau keterikatan pada kenikmatan sex hewaniah yang disodorkan Maya, pada beberapa kasus bisa membuat Atma lupa daratan dan terus terobsesi untuk mencari dan mencari. Apabila obsesi ini terlalu besar mendominasi kesadaran Atma, maka, kapan Dia bisa lepas dari belenggu Maya? Kapan Dia bisa Moksha?
Maya : Wah....bener juga! Dan selain itu pula, karena kemelekatan berlebihan Sang Atma pada sensasi sex hewaniah, Atma bisa melakukan segala macam cara untuk mendapatkan sensasi itu lagi, Yang fatal, jika tidak bisa mendapatkan, Atma bisa melakukan pemaksaan kehendak secara fisik atau secara halus, seperti membuat doktrin-doktrin suci yang katanya berasal dari Tuhan hanya demi sekedar untuk bisa 'menindih tubuh empuk wanita cantik', bukankah begitu, mas?
Damar : Konyol, kan?
Maya : Tapi, kita bukannya orang-orang yang hipokrit kan mas dengan memahami ini semua? Bukankah aktifitas sex hewaniah memang nikmat?
Damar : Tak ada yang bisa menyangkal kenikmatan sensasi sex badani. Yang menyangkal adalah orang-oranf hipokrit!
Maya : Lantas, bagaimana cara kita bisa lepas dari jeratan kenikmatan ini?
Damar : Perlu waktu. Seiring peningkatan Kesadaran kita, lama-lama kita juga akan bisa membebaskan diri dari jeratan ini. Dan diatas itu semua, BIAR KEBERADAAN TUNGGAL YAG MEMBANTU KITA.
Aku bisa memberikan satu perumpamaan buat kamu...
Maya : Ya...
Damar : Jika kamu belum pernah merasakan manisnya secangkir susu dan selama ini kamu hanya terbiasa merasakan manisnya secangkir teh, maka apakah salah jika kamu merasa bahwa secangkir teh itu teramat nikmat dan seolah-olah kamu tidak akan pernah bisa lepas dari jeratan kenikmatannya....
Maya : Tidak salah, mas. Terus maksud perumpamaan itu ?
Damar :Secangkir susu manis adalah ibarat sensasi Sex Illahiah....
Maya : Aku paham ! Dan secangkir teh manis ibarat sensasi Sex Hewaniah. Kita akan sulit melepaskan kenikmatan secangkir teh manis jika belum pernah mencicipi kenikmatan secangkir susu manis!
Wah...aku paham, mas!
Damar : Jika kamu masih belum bisa merasakan kenikmatan secangkir susu manis, maka tiada salah kamu sementara menikmati secangkir teh manis dalam porsi yang sewajarnya, jangan berlebih-lebihan!
Maya : Dan apabila sudah menemukan sensasi kenikmatan secangkir susu manis tadi, otomatis, dengan sangat mudah, kita akan melepaskan tanpa beban sensasi kenikmatan secangkir teh manis.
Damar : Tepat! Tidak usah dipaksa. Pemaksaan adalah kekerasan. Dan kekerasan apapun juga, tidak diperkenankan dalam Veda!
Maya : Termasuk kekerasan kepada diri sendiri.
Damar : Benar.
Maya : Terima kasih, mas...Sembari terus mencari secangkir susu manis, sementara kita nikmati secangkir teh manis, solusi yang manusiawi....tidak terlalu muluk..
Damar : Jangan jadi orang Hipokrit!
Maya : Yup! Makasih, mas. Aku merasa nyaman berjalan bersamamu, mas...Makasih. Namaste.
Damar : Namaste.
(21 November 2009, by Damar Shashangka)
Engkau tersenyum oh bidadariku.....
Desir suksmamu adalah nyala kehidupan....
Geliat tubuhmu adalah cahaya semesta...
Gemulai Roh-mu adalah pelita surgawi...
Engkau menari dalam tangkup cinta...
Yang merinai seiring derai gairah...
Engkau mendayu dalam bingkai asmara...
Yang merenggut kalbu kelelakianku...
Bagai secercah jalan sinar...
Yang menuntunku untuk menggapai segala pesonamu.
Kerlingmu, manjamu, bisikmu,
Adalah madu...
Tatapan kasihmu,
Mendendangkan seribu hasrat cinta..
Menguntai mantra pemikat...
Sun matak Aji,
Ajiku Semar Mesem,
Mut mutaku inten,
Cahyaku manjing pilinganku kiwa tengen,
Sing nyawang kegiwang,
Apa maneh yen sing nyawang kang tumancep kumanthiling telenging sanubariku,
Yaiku si jabang bayine wong sabuwana,
Teka welas teka asih,
Asih marang jabang bayiku.
Aku meluruh...
Aku meliuk...
Kubiarkan segala pesonamu membelai kisi-kisi Roh-ku...
Biar...
Aku diamkan kamu...
Aku ingin menikmati...
Gairah cintamu itu...
Kau rengkuh aku, aku terengkuh...
Kau belai aku, aku terbelai...
Kau buai aku, aku terbuai.
Kau peluk aku, aku terpeluk...
Kau getarkan aku....
Dan kita berdua tergetar...
Kubisikkan rinduku..
Kudesiskan cintaku...
Ditelinga indahmu...
Ingsun Lanang Jayapirosa,
Saking kodratullah,
Gedhonging rasa iba rasa,
Iya Ingsun rasane kang wau jaya,
Ismu Tunggal,
Kang ajaya tanpa lawanan,
Si Kontal Amanik jatining Lanang,
Sang Retna Gumilang jatining Wadon,
Manik Putra Manik Putri,
Lungguhe ing memanik kiwa lan tengen,
Jejuluke Prabhu Sadmata,
Sajroning Lanang ana Wadon,
Sajroning Wadon ana Lanang,
Iya Ingsun kang jumeneng Lanang Jayapirosa,
Amengku rasane wong sajagad kabeh,
Roh Inten jinabati,
Banyu abening isi rasa,
Rasaning Dzatullah.
Kau menggeliat, mendesis lirih...
Semakin erat kau rekatkan tubuhmu...
Dan....tergerai rambut indahmu...
Menyibak...
Menebar keharuman surgawi...
Kubisikkan kembali mantra cinta kita...
Ditelinga indahmu...
Cahya,
Cahyaku kang angemban cahya,
Cahyaku kang angingsep cahya,
Gebyar-gebyar kadi purnamaning wulan,
Tes-tinetesan,
Amulat muncar cahya langgeng,
Pajegku sajenenging urip,
Dzat Mulya Sifat Sampurna,
Cahya gilang gumilang!
Dan cahaya kesejatianpun memendar...
Kau mendesis, aku mengerang...
Kau menggelinjang, aku menggeliat...
Tembang Asmaradana mengalun merdu...
Gamelan Lokananta menggema syahdu...
Bunga-bunga surgawi terburai tiada henti...
Para Dewa dan Dewi melantunkan syair-syair menusuk-nusuk hati...
Kau mendesis, aku mengerang...
Kau menggelinjang, aku menggeliat...
Tubuhmu....Tubuhku...menyatu...
Suksmamu....Suksmaku...memadu...
Rohmu.....Rohku....
Bergerak menghentak dalam kenikmatan sejati...
Menghentak liar..
Memainkan tarian hasrat...
Dan tarian kita memenuhi semesta..
Dan semesta terpesona oleh gerak cinta kita...
(19 November 2009, by : Damar Shashangka
Desir suksmamu adalah nyala kehidupan....
Geliat tubuhmu adalah cahaya semesta...
Gemulai Roh-mu adalah pelita surgawi...
Engkau menari dalam tangkup cinta...
Yang merinai seiring derai gairah...
Engkau mendayu dalam bingkai asmara...
Yang merenggut kalbu kelelakianku...
Bagai secercah jalan sinar...
Yang menuntunku untuk menggapai segala pesonamu.
Kerlingmu, manjamu, bisikmu,
Adalah madu...
Tatapan kasihmu,
Mendendangkan seribu hasrat cinta..
Menguntai mantra pemikat...
Sun matak Aji,
Ajiku Semar Mesem,
Mut mutaku inten,
Cahyaku manjing pilinganku kiwa tengen,
Sing nyawang kegiwang,
Apa maneh yen sing nyawang kang tumancep kumanthiling telenging sanubariku,
Yaiku si jabang bayine wong sabuwana,
Teka welas teka asih,
Asih marang jabang bayiku.
Aku meluruh...
Aku meliuk...
Kubiarkan segala pesonamu membelai kisi-kisi Roh-ku...
Biar...
Aku diamkan kamu...
Aku ingin menikmati...
Gairah cintamu itu...
Kau rengkuh aku, aku terengkuh...
Kau belai aku, aku terbelai...
Kau buai aku, aku terbuai.
Kau peluk aku, aku terpeluk...
Kau getarkan aku....
Dan kita berdua tergetar...
Kubisikkan rinduku..
Kudesiskan cintaku...
Ditelinga indahmu...
Ingsun Lanang Jayapirosa,
Saking kodratullah,
Gedhonging rasa iba rasa,
Iya Ingsun rasane kang wau jaya,
Ismu Tunggal,
Kang ajaya tanpa lawanan,
Si Kontal Amanik jatining Lanang,
Sang Retna Gumilang jatining Wadon,
Manik Putra Manik Putri,
Lungguhe ing memanik kiwa lan tengen,
Jejuluke Prabhu Sadmata,
Sajroning Lanang ana Wadon,
Sajroning Wadon ana Lanang,
Iya Ingsun kang jumeneng Lanang Jayapirosa,
Amengku rasane wong sajagad kabeh,
Roh Inten jinabati,
Banyu abening isi rasa,
Rasaning Dzatullah.
Kau menggeliat, mendesis lirih...
Semakin erat kau rekatkan tubuhmu...
Dan....tergerai rambut indahmu...
Menyibak...
Menebar keharuman surgawi...
Kubisikkan kembali mantra cinta kita...
Ditelinga indahmu...
Cahya,
Cahyaku kang angemban cahya,
Cahyaku kang angingsep cahya,
Gebyar-gebyar kadi purnamaning wulan,
Tes-tinetesan,
Amulat muncar cahya langgeng,
Pajegku sajenenging urip,
Dzat Mulya Sifat Sampurna,
Cahya gilang gumilang!
Dan cahaya kesejatianpun memendar...
Kau mendesis, aku mengerang...
Kau menggelinjang, aku menggeliat...
Tembang Asmaradana mengalun merdu...
Gamelan Lokananta menggema syahdu...
Bunga-bunga surgawi terburai tiada henti...
Para Dewa dan Dewi melantunkan syair-syair menusuk-nusuk hati...
Kau mendesis, aku mengerang...
Kau menggelinjang, aku menggeliat...
Tubuhmu....Tubuhku...menyatu...
Suksmamu....Suksmaku...memadu...
Rohmu.....Rohku....
Bergerak menghentak dalam kenikmatan sejati...
Menghentak liar..
Memainkan tarian hasrat...
Dan tarian kita memenuhi semesta..
Dan semesta terpesona oleh gerak cinta kita...
(19 November 2009, by : Damar Shashangka
Hebat Mas Damar.
BalasHapusTantrayana, Budhasamantabadra/Budhasamantabadi, Lingga Yoni, Yin Yang.
Lanjutkan berderma ajaran kekosongan, sunyata,(Linggam) yang dibalut dengan kesadaran(Yoni).
Semoga kita semua mendapat manfaat dan mencapai kesempurnaan, moksatham, nibhana..
Salam Hormat,
Yogi Mahendra
Hebat Mas Damar.
BalasHapusTantrayana, Budhasamantabadra/Budhasamantabadi, Lingga Yoni, Yin Yang.
Lanjutkan berderma ajaran kekosongan, sunyata,(Linggam) yang dibalut dengan kesadaran(Yoni).
Semoga kita semua mendapat manfaat dan mencapai kesempurnaan, moksatham, nibhana..
Salam Hormat,
Yogi Mahendra
Mas Damar,
BalasHapusTerima kasih sekali. Saya paham mengenai Lingga Yoni dari Tulisan Mas ini.
Sekarang saya telah dapat menemukan maksudnya. Alhamdulillah, sejalan dan sama dengan kepercayaan yang saya anut.
Salam Sejahtera
Rudy F
Mas...
BalasHapusSebenarnya kata "Lingga Yoni" berasal dari bahasa Apa?
dan arti sebenarnya apa, mas?
Tolong ya mas...penting ilmunya.
Terimakasih
Pagi Mas Damar,
BalasHapusTerimakasih atas tulisan mas tentang lingga-yoni yang panjang lebar berupa dialog manusia, menurut akal pikirannya yang lemah terbatas ini. Oleh karena itu, mohon mas jangan mencampurkan tuhan dalam agama Hindu dengan agama Islam. Tulisan mas ini membuat saya, umat Islam tersinggung karena mas memakai istlah Ilahiyah, jadi saya mohon sekali lagi jangan mencampurkan bahasa Agama itu. Biarlah mas dengan Tuhan Hindunya dan Islam dengan Allah. sekali lagi mohon perbaiki tulisannya. Kami tunggu, secepatnya. Jika tidak ingin terjadi konflik, sebagaimana mas sebutkan di atas. Karena kami merasa tersakiti mas mencampur bahasa nama Tuhan kami dan Tuhan mas itu. Terimakasih.
saya menyukai gambaran Lingga Yoni yang memberi pelajaran dan bukan untuk diTabukan.
BalasHapusmantapppp nambah pemahaman sy, dulu pemahaman sy tentang simbol tersebut adalah bahwa lingga bermakna kesadaran dan yoni bermakna ruang (space)/kehampaan
BalasHapussippp dah mantap nambah pengetahuan sy, dulu pemahaman sy tentang simbol tersebut adalah bahwa lingga = kesadaran, dan yoni = ruang (space) atau kehampaan
BalasHapusOh Ternyata seperti itu ya.
BalasHapussebelumya saya berfikir bahwa dgn melakukan seksual badaniah 'bisa digunakan' untuk mencapai puncak kesempurnaan, ternyata pemahaman saya melenceng.
Dari tulisan diatas saya baru paham ternyata bukan seksual badaniah arahnya tapi seksual spiritualitas. pantas saja ada yg menyampaikan bahwa ada kenikmatan yang melebihi senggama ketika sedang meditasi/hening.
sy sudah coba tapi tetap saja belum berhasil :D
Dan kalimat dibawah menjawab apa yng saya dapati selama ini.
"Tapi konyolnya, jika kita sering melakukan aktifitas sexual badaniah berlebihan, Kundalini yang hendak bangkit naik ke atas menemui Atma, akan tersalurkan ke bawah. Hanya akan tersalurkan menjadi gejolak sexualitas badaniah semata. Maka, pertemuan Kundalini dan Atma, akan terganggu."
maturnuwun mas