Senin, 11 Oktober 2010

Penemu Benua Amerika Bukan Columbus tapi Laksamana Ceng Ho atau Zheng He?



Laksamana Cheng Ho,Penemu Benua Amerika Yang Pertama...

Sekitar 70 tahun sebelum Columbus menancapkan benderanya di daratan
Amerika, Laksamana Zheng He sudah lebih dulu datang ke sana. Para
peserta seminar yang diselenggarakan oleh Royal Geographical Society di
London beberapa waktu lalu dibuat terperangah. Adalah seorang ahli
kapal selam dan sejarawan bernama Gavin Menzies dengan paparannya dan
lantas mendapat perhatian besar.

http://polyfet.com/vccahs/zheng/zhepang.jpg


Tampil penuh percaya diri, Menzies menjelaskan teorinya tentang
pelayaran terkenal dari pelaut mahsyur asal Cina, Laksamana Zheng He
(kita mengenalnya dengan Ceng Ho-red). Bersama bukti-bukti yang
ditemukan dari catatan sejarah, dia lantas berkesimpulan bahwa pelaut
serta navigator ulung dari masa dinasti Ming itu adalah penemu awal
benua Amerika, dan bukannya Columbus.

Bahkan menurutnya, Zheng He 'mengalahkan' Columbus dengan rentang waktu
sekitar 70 tahun. Apa yang dikemukakan Menzies tentu membuat kehebohan
lantaran masyarakat dunia selama ini mengetahui bahwa Columbus-lah si
penemu benua Amerika pada sekitar abad ke-15. Pernyataan Menzies ini
dikuatkan dengan sejumlah bukti sejarah. Adalah sebuah peta buatan masa
sebelum Columbus memulai ekspedisinya lengkap dengan gambar benua
Amerika serta sebuah peta astronomi milik Zheng He yang dosodorkannya
sebagai barang bukti itu. Menzies menjadi sangat yakin setelah meneliti
akurasi benda-benda bersejarah itu.


http://ideashak.typepad.com/photos/uncategorized/zheng_he.jpg

FOTO KAPAL Laksa,mana Cheng Ho yang SUPER BESAR


Kapal Laksamana Cheng Ho

''Laksana inilah yang semestinya dianugerahi gelar sebagai penemu
pertama benua Amerika,'' ujarnya. Menzies melakukan kajian selama lebih
dari 14 tahun. Ini termasuk penelitian peta-peta kuno, bukti artefak
dan juga pengembangan dari teknologi astronomi modern seperti melalui
program software Starry Night.

Dari bukti-bukti kunci yang bisa mengubah alur sejarah ini, Menzies
mengatakan bahwa sebagian besar peta maupun tulisan navigasi Cina kuno
bersumber pada masa pelayaran Laksamana Zheng He. Penjelajahannya
hingga mencapai benua Amerika mengambil waktu antara tahun 1421 dan
1423. Sebelumnya armada kapal Zheng He berlayar menyusuri jalur selatan
melewati Afrika dan sampai ke Amerika Selatan.

Uraian astronomi pelayaran Zheng He kira-kira menyebut, pada larut
malam saat terlihat bintang selatan sekitar tanggal 18 Maret 1421,
lokasi berada di ujung selatan Amerika Selatan. Hal tersebut kemudian
direkonstruksi ulang menggunakan software Starry Night dengan
membandingkan peta pelayaran Zheng He.

"Saya memprogram Starry Night hingga masa di tahun 1421 serta bagian
dunia yang diperkirakan pernah dilayari ekspedisi tersebut," ungkap
Menzies yang juga ahli navigasi dan mantan komandan kapal selam
angkatan laut Inggris ini. Dari sini, dia akhirnya menemukan dua lokasi
berbeda dari pelayaran ini berkat catatan astronomi (bintang) ekspedisi
Zheng He.

Lantas terjadi pergerakan pada bintang-bintang ini, sesuai perputaran
serta orientasi bumi di angkasa. Akibat perputaran bumi yang kurang
sempurna membuat sumbu bumi seolah mengukir lingkaran di angkasa setiap
26 ribu tahun. Fenomena ini, yang disebut presisi, berarti tiap titik
kutub membidik bintang berbeda selama waktu berjalan. Menzies
menggunakan software untuk merekonstruksi posisi bintang-bintang
seperti pada masa tahun 1421.

"Kita sudah memiliki peta bintang Cina kuno namun masih membutuhkan
penanggalan petanya," kata Menzies. Saat sedang bingung memikirkan
masalah ini, tiba-tiba ditemukanlah pemecahannya. "Dengan kemujuran
luar biasa, salah satu dari tujuan yang mereka lalui, yakni antara
Sumatra dan Dondra Head, Srilanka, mengarah ke barat."

Bagian dari pelayaran tersebut rupanya sangat dekat dengan garis
katulistiwa di Samudera Hindia. Adapun Polaris, sang bintang utara, dan
bintang selatan Canopus, yang dekat dengan lintang kutub selatan,
tercantum dalam peta. "Dari situ, kita berhasil menentukan arah dan
letak Polaris. Sehingga selanjutnya kita bisa memastikan masa dari peta
itu yakni tahun 1421, plus dan minus 30 tahun."

Atas temuan tersebut, Phillip Sadler, pakar navigasi dari
Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, mengatakan perkiraan
dengan menggunakan peta kuno berdasarkan posisi bintang amatlah
dimungkinkan. Dia juga sepakat bahwa estimasi waktu 30 tahun, seperti
dalam pandangan Menzies, juga masuk akal.


Sang penjelajah ulung


Selama ini, masyarakat dunia mengetahui kiprah Zheng He sebagai
penjelajah ulung. Dia terlahir di Kunyang, kota yang berada di sebelah
barat daya Propinsi Yunan, pada tahun 1371. Keluarganya yang bernama
Ma, adalah bagian dari warga minoritas Semur. Mereka berasal dari
kawasan Asia Tengah serta menganut agama Islam. Ayah dan kakek Zheng He
diketahui pernah mengadakan perjalanan haji ke Tanah Suci Makkah.
Sementara Zheng He sendiri tumbuh besar dengan banyak mengadakan
perjalanan ke sejumlah wilayah. Ia adalah Muslim yang taat.

http://www.cultural-china.com/chinaWH/images/exbig_images/7ab852110f39dae65573af7c14bb62d1.jpg

Yunan adalah salah satu wilayah terakhir pertahanan bangsa Mongol, yang
sudah ada jauh sebelum masa dinasti Ming. Pada saat pasukan Ming
menguasai Yunan tahun 1382, Zheng He turut ditawan dan dibawa ke
Nanjing. Ketika itu dia masih berusia 11 tahun. Zheng He pun dijadikan
sebagai pelayan putra mahkota yang nantinya menjadi kaisar bernama Yong
Le. Nah kaisar inilah yang memberi nama Zheng He hingga akhirnya dia
menjadi salah satu panglima laut paling termashyur di dunia.
http://us.altermedia.info/images/mapZhengHe_01.jpg

http://biotis.co.id/felix/wp-content/uploads/2009/07/untitled4psd2ym.jpg

Laksamana Ceng Ho

Cheng Ho adalah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403-1424), kaisar ketiga dari Dinasti Ming. Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao (馬 三保icon, berasal dari provinsi Yunnan. Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Ho
ditangkap dan kemudian dijadikan orang kasim. Ia adalah seorang bersuku
Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han, namun
beragama Islam.

Cheng Ho berlayar ke Malaka pada abad ke-15.

Pada tahun 1424, kaisar Yongle wafat. Penggantinya, Kaisar Hongxi (berkuasa tahun 1424-1425, memutuskan untuk mengurangi pengaruh kasim di lingkungan kerajaan. Cheng Ho melakukan satu ekspedisi lagi pada masa kekuasaan Kaisar Xuande (berkuasa 1426-1435).

Cheng Ho mengunjungi kepulauan di Indonesia selama tujuh kali. Ketika ke Samudera Pasai, ia memberi lonceng raksasa "Cakra Donya" kepada Sultan Aceh, yang kini tersimpan di museum Banda Aceh.

Tahun 1415, Cheng Ho berlabuh di Muara Jati (Cirebon), dan menghadiahi beberapa cindera mata khas Tiongkok
kepada Sultan Cirebon. Salah satu peninggalannya, sebuah piring yang
bertuliskan ayat Kursi masih tersimpan di Keraton Kasepuhan Cirebon.

Pernah dalam perjalanannya melalui Laut Jawa, Wang Jinghong (orang kedua dalam armada Cheng Ho) sakit keras. Wang akhirnya turun di pantai Simongan, Semarang, dan menetap di sana. Salah satu bukti peninggalannya antara lain Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu) serta patung yang disebut Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong.

Cheng Ho juga sempat berkunjung ke Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan raja Wikramawardhana.

Cheng Ho, adalah seorang pelaut dan penjelajah Tiongkok terkenal yang melakukan beberapa penjelajahan antara tahun 1405 hingga 1433.

Biografi

Cheng
Ho adalah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar
Yongle dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403-1424), kaisar ketiga dari
Dinasti Ming. Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma
Sanbao, berasal dari provinsi Yunnan. Ketika pasukan Ming menaklukkan
Yunnan, Cheng Ho ditangkap dan kemudian dijadikan orang kasim. Ia
adalah seorang bersuku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan
suku Han, namun beragama Islam.

Cheng
Ho berlayar ke Malaka pada abad ke-15. Saat itu, seorang putri
Tiongkok, Hang Li Po (atau Hang Liu), dikirim oleh kaisar Tiongkok
untuk menikahi Raja Malaka (Sultan Mansur Shah).

Pada
tahun 1424, kaisar Yongle wafat. Penggantinya, Kaisar Hongxi (berkuasa
tahun 1424-1425, memutuskan untuk mengurangi pengaruh kasim di
lingkungan kerajaan. Cheng Ho melakukan satu ekspedisi lagi pada masa
kekuasaan Kaisar Xuande (berkuasa 1426-1435).

Penjelajahan

Cheng Ho melakukan ekspedisi ke berbagai daerah di Asia dan Afrika, antara lain:

VietnamTaiwanMalaka / bagian dari Malaysia

Sumatra / bagian dari Indonesia

Jawa / bagian dari Indonesia

Sri LankaIndia bagian Selatan

PersiaTeluk PersiaArabLaut Merah, ke utara hingga Mesir

Afrika, ke selatan hingga Selat Mozambik

Karena
beragama Islam, para temannya mengetahui bahwa Cheng Ho sangat ingin
melakukan Haji ke Mekkah seperti yang telah dilakukan oleh almarhum
ayahnya, tetapi para arkeolog dan para ahli sejarah belum mempunyai
bukti kuat mengenai hal ini. Cheng Ho melakukan ekspedisi paling
sedikit tujuh kali dengan menggunakan kapal armadanya.

Armada

Armada
ini terdiri dari 27.000 anak buah kapal dan 307 (armada) kapal laut.
Terdiri dari kapal besar dan kecil, dari kapal bertiang layar tiga
hingga bertiang layar sembilan buah. Kapal terbesar mempunyai panjang
sekitar 400 feet atau 120 meter dan lebar 160 feet atau 50 meter.
Rangka layar kapal terdiri dari bambu Tiongkok. Selama berlayar mereka
membawa perbekalan yang beragam termasuk binatang seperti sapi, ayam
dan kambing yang kemudian dapat disembelih untuk para anak buah kapal
selama di perjalanan. Selain itu, juga membawa begitu banyak bambu
Tiongkok sebagai suku cadang rangka tiang kapal berikut juga tidak
ketinggalan membawa kain Sutera untuk dijual.

Kepulangan


Lukisan Jerapah yang dibawa oleh Cheng Ho setelah ke kembali dari Afrika Timur

Dalam ekspedisi ini, Cheng Ho membawa balik berbagai penghargaan dan utusan
lebih dari 30 kerajaan - termasuk Raja Alagonakkara dari Sri Lanka,
yang datang ke Tiongkok untuk meminta maaf kepada kaisar Tiongkok. Pada
saat pulang Cheng Ho membawa banyak barang-barang berharga diantaranya
kulit dan getah pohon Kemenyan, batu permata (ruby, emerald dan
lain-lain) bahkan beberapa orang Afrika, India dan Arab sebagai bukti
perjalanannya. Selain itu juga membawa pulang beberapa binatang asli
Afrika termasuk sepasang jerapah sebagai hadiah dari salah satu Raja
Afrika, tetapi sayangnya satu jerapah mati dalam perjalanan pulang.

Rekor

Majalah
Life menempatkan Cheng Ho sebagai nomor 14 orang terpenting dalam
milenium terakhir. Perjalanan Cheng Ho ini menghasilkan Peta Navigasi
Cheng Ho yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15.
Dalam buku ini terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak
di lautan, dan berbagai pelabuhan.

Cheng
Ho adalah penjelajah dengan armada kapal terbanyak sepanjang sejarah
dunia yang pernah tercatat. Juga memiliki kapal kayu terbesar dan
terbanyak sepanjang masa hingga saat ini. Selain itu beliau adalah
pemimpin yang arif dan bijaksana, mengingat dengan armada yang begitu
banyaknya beliau dan para anak buahnya tidak pernah menjajah negara
atau wilayah dimanapun tempat para armadanya merapat.

Semasa
di India termasuk ke Kalkuta, para anak buah juga membawa seni beladiri
lokal yang bernama Kallary Payatt yang mana setelah dikembangkan di
negeri Tiongkok menjadi seni beladiri Kungfu.

Cheng Ho dan Indonesia

Cheng
Ho mengunjungi kepulauan di Indonesia selama tujuh kali. Ketika ke
Samudera Pasai, ia memberi lonceng raksasa "Cakra Donya" kepada Sultan
Aceh, yang kini tersimpan di museum Banda Aceh.

Tahun
1415, Cheng Ho berlabuh di Muara Jati (Cirebon), dan menghadiahi
beberapa cindera mata khas Tiongkok kepada Sultan Cirebon. Salah satu
peninggalannya, sebuah piring yang bertuliskan ayat Kursi masih
tersimpan di Keraton Kasepuhan Cirebon.

Pernah
dalam perjalanannya melalui Laut Jawa, Wang Jinghong (orang kedua dalam
armada Cheng Ho) sakit keras. Wang akhirnya turun di pantai Simongan,
Semarang, dan menetap di sana. Salah satu bukti peninggalannya antara
lain Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu) serta patung yang disebut Mbah
Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong.

Cheng Ho juga sempat berkunjung ke Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan raja Wikramawardhana.


Perbandingan antara kapal jung Cheng Ho ("kapal harta") (1405) dengan kapal "Santa Maria" Colombus (1492/93).


Sumber : http://www.hilman.web.id/posting/blog/627/penemu-benua-amerika-bukan-columbus-tapi-laksamana-ceng-ho-atau-zheng-he.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar