Sabtu, 14 Agustus 2010

SERAT GATHOLOCO (15)




Diambil dari naskahasli bertuliskan huruf Jawa

yang disimpan oleh

PRAWIRATARUNA.

Digubah ke aksara Latin oleh :

RADEN TANAYA

Diterjemahkan dan diulas oleh :

DAMAR SHASHANGKA



PUPUH X

Dandanggula


1. Jayengsastra êmpaning lêlungid (carik), sirik agêng jênênging wanudya, luput barangreh wurine, wruh ing wêkasanipun, teja panjang kang ngêmu warih (kluwung),sinjang agêming priya (bêbêd), kang kêdah sinawung, pawestri kathah rubêdnya,taji sawung (jalu) ganda pangusaping lathi (lênga krawang), kaluputekawangwang.

Mahir dalam tulis menulisdan memegang rahasia (CARIK), 'si-RIK' (Larangan) besar bagi seorang wanita,tidak memikirkan hasil akhirnya, tidak memperhitungkan untung ruginya (hanyamemperturutkan kesenangan atau foya-foya), cahaya panjang yang mengandung air(KLUWUNG/PELANGI), sinjang (kêmben) yang dipakai pria (BĒBĒD), yang harus 'sina-WUNG'(Diingat), seorang wanita banyak 'ru-BED' (batasan secara kodrati), taji(senjata) milik ayam (JALU) bau yang diusapkan dilidah (Lênga KRAWANG), batasankodrati itu jelas 'kawang-WANG' (terlihat).

2. Putran-dhênta(pratima) ron aglar ing siti (uwuh), pêlêm agung kang galak gandanya (kuweni),ewuh aya pratikêle, wanita tindak dudu, kuda mijil ing Tamansari (Kalisahak),piring siti (pinggan) upama, dadyan dhewekipun, angrusak badan priyanggan, saritala (malam) dhadhaking ron (talutuh) sun wastani, nalutuh alam dunya.

Boneka indah (PRATIMA)daun yang berguguran menumpuk ditanah (UWUH/SAMPAH), mangga besar yang kerasbaunya (KWENI), 'e-WUH' (susah) 'PRA-tikele' (pemikirannya), bagi wanita yang telah melakukan kesalahan(karena sebuah kesalahan yang dilakukan seorang wanita sangat dipandang tidakpatut dalam tatanan masyarakat), Kuda disebuah taman sari (KALISAHAK), piringdari tanah (PINGGAN) seandainya, maka jadilah wanita tersebut, 'angru-SAK'(merusak) badan 'priyang-GAN'(diri sendiri), sari tala (MALAM yang dibuatmembathik) kotoran daun (TLUTUH/GETAH) aku katakan yang demikian itu, akanmenjadi 'nalu-TUH' (jatuh kehormatannya) 'al-AM' (dialam) dunia.

3. Kismarêmpu (lêbu) atmaja Jumiril (Umarmaya), marma estri tan kalêbu wêca, Nata Prabuing Tasmitên (Gêniyara), kaca kang tanpa ancur (ram), gawe eram ingkangningali, pantês yen piniyara, talatahing laut (muwara), ing tekad angayawara,jamang wastra (têpi) ojating wong awêwarti (kaloka), nêtêpi ing saloka.

Tanah yang hancur(LEBU/DEBU) putra Raja Jumiril (UMARMAYA), ' MARMA' (Oleh karenanya) seorangwanita yang buruk tidak akan jadi pilihan, Raja diraja dinegara Tasmiten(GENIYARA), kaca yang tidak tajam (RAM), membuat 'e-RAM' (kagum) bagi yangmelihatnya, sungguh patut untuk diambil istri (wanita yang tidndak-tanduknyasenantiasa waspada), wilayah tengah lautan (MUWARA/MUARA), membuat lelaki yangmelihat dalam hati jadi 'ngaya-WARA' (tidak karu-karuan karena sangat memikat),hiasan kemben (TEPI) suara orang yang memberikan kabar (KALOKA/BERKUMANDANG),sungguh seorang wanita yang 'nete-PI' (mematuhi) 'salo-KA' (SLOKA/ sastrasuci).

4. Gingsiringwulan purnama siddhi (grahana), bêbayi sah kang saking tuntunan (puput),graitanên sauntase, ingkang tumibeng luput, tambang palwa (wêlah) ingsun wastani,parikan jênu tawa (tungkul), pan aja katungkul, ing solah kang tanpa karya, mênyankuning (wêlirang) kang toya saking jasmani (kringêt), engêta kawirangan.

Hilangnya bulan purnama(GRAHANA/GERHANA), bayi yang telah lepas dari tangan (PUPUT/mulai bisaberjalan), 'GRA-itanen' (renungkanlah) seluruhnya, apa saja yang akan membuatkamu jatuh pada 'lu-PUT' (kesalahan), tambang perahu (WELAH) aku sebut, syairjenu tawa (TUNGKUL), jangan sampai 'ketung-KUL' (lalai), pada 'so-LAH'(perbuatan) yang sia-sia, kemenyan berwarna kuning (WELIRANG/BELERANG) air yangkeluar dari badan (KRINGET/KERINGAT), 'e-NGET-a' (Ingat-ingatlah) akan 'kawi-RANG-an'(malu).

5. Ing NgajêrakPapatih Nata Jin (Sannasil), pulas langking kang kinarya sastra (mangsi),keksi-eksi wêkasane, tanpa asil ing laku, sêmbahyange janma minta sih (salathajat), katrapaning manusa (dhêndha), dhêndhaning Hyang Agung, tanpa kajatingpanyipta, yasa ranu (bale kambang) Narendra Bojanagari (Suryawisesa), kumambanging wisesa.

Patih Jin di negaraNgajerak (SANNASIL), cairan hitam yang bisa dibuat menulis sastra (MANGSI/TINTA),'kek-SI ek-SI' (terlihat jelas) juga akhirnya, tiada 'a-SIL' (hasilnya/sia-sia)bagi diri sendiri, sembahyang manusia meminta anugerah (SALAT KAJAT/HAJAT),hukuman uang bagi manusia (DHENDHA/DENDA), 'DHENDHA' (Hukuman) Hyang Agung,tiada 'ka-JAT' (diingini/dikehendaki) akan nyata datang, membuat tempatditengah danau (BALE KAMBANG) Raja Bojanegara (SURYAWISESA) 'kumam-BANG'(terkatung-katung) ditengah 'wi-SESA' (Kuasa : maksudnya Kuasa Tuhan yangmenjatuhkan hukuman)

6. Janmawirya (mukti) salendro jroning pring (suling), dipun eling-eling wong ngagêsang,aja manggung mukti bae, dhuh babo jamang wakul (wêngku), sêkar pandhan mawurkasilir (pudhak), najan têdhaking Nata, sajagad winêngku, barat gung mrataweng wrêksa(prahara), jarot pisang (sêrat) ana mlarat ana sugih, wus kaprah alam dunya.

Manusia yang berkecukupan(MUKTI/KAYA) senandung didalam bilah bambu (SULING/SERULING), harus di-'Eling-Eling'(diingat) manusia hidup, jangan hanya mengejar 'MUKTI' (kekayaan) saja, duh ibumahkota tempat nasi (WENGKU), bunga pandhan yang beterbangan jika tertiup(PUDHAK), walaupun 'te-DHAK' (keturunan) bangsawan, seluruh dunia 'wineng-KU'(dimiliki), angin besar merobohkan pepohonan (PRAHARA), serat pada buah pisang(SERAT) ada yang mela-RAT ada yang kaya, sudah 'ka-PRA-h' (lumrah) dialam duniaini.

7. PutriMandura (Sumbadra) kang nyamang kudi (karah), najan trahing janma sudra papa,lamun bêcik pamarahe, Aji Nata Salyeku (Candrabhirawa), putêr alit ginantang nginggil(prêkutut), patut sira anggowa, candhongna ing kalbu, Wiku Raja ing Kusniya(Bawadiman), Sarkap putra (Samardikaran) den gêmi simpên wêwadi, ywa kongsikasamaran.

Putri dari negara Mandura(SUMBADRA), mahkota kampak (KARAH), walaupun keturunan orang 'SU-DRA' papa,jika baik 'pama-RAH-e' (kelakuannya), Aji (kesaktian) Raja Salya(CANDRABHIRAWA), burung puter kecil yang ditaruh diatas (burung PREKUTUT), 'pa-TUT'(layak) dijadikan tauladan, 'CAN-dhongna' (ikatkan) dalam hatimu, Raja Wiku dinegara Kusniya (BAWADIMAN), putra Sarkap (SAMARDIKARAN) harus bisa menyimpan 'we-WADI'(rahasia rumah tangga), jangan sampai 'kasama-RAN' (terlena).

8. Tawonagung kang atala siti (tutur), wikan nugraha wulang akherat (swarga), yen siranggotutur kiye, nyuwargakkên bapa biyung, nyarambahi mring kaki nini, salawase raharja,mitra karuh lulut, yen kêna godhaning setan, sapu gamping (usar) garwa HyangGuru Pramesthi (Bathari Durga), durgama karya sasar.

Tawon besar yang berumahdidalam tanah (TUTUR), anugerah dari Yang Maha Berwenang diakherat(SWARGA/SURGA), jikalau kalian pakai 'TUTUR'(Nasehat) ini, bakal 'nyu-WARGA-aken' (membuat surga) bagi ayah dan ibu, bahkan kepada kakek dan nenekkalian, selamanya sejahtera, seluruh teman segan, tapi manakala tergoda setan,sapu batu kapur (USAR) istri Hyang Guru Pramesthi (BATHARI DURGA), 'DURGA-ma'(membuat halangan) hingga akhirnya 'sa-SAR' (sesat).

9. Widenggalêng (yuyu) Kumbayana siwi (Aswatama), têgêse estri ayu utama, pratandha sêratpangrêmbe (pengêt), cipta tyas tan kawêtu (graita), kang wus lêpas graitalantip, nget-engêt ing kawignyan, pangumbaring puyuh (jajah), anjajah saruningbadan, jala panjang (krakad) suluke wayang kalithik (sêndon), yen kalêdon ingtekad.

Mainan gangsing yang adadipematang (YUYU) putra Kumbayana (ASWATAMA), seorang wanita harus 'a-YU u-TAMA'(cantik lahir batin), surat pangrembe (surat berisi peringatan/PENGET), katahati yang belum keluar (GRAITA), yaitu merekalah yang sudah mampu 'GRAITA'(berfikir) dewasa, 'NGET e-NGET' (senantiasa mengingat) kepada keutamaan, arealterbang burung puyuh yang dilepaskan (JAJAH), 'an-JAJAH' (memenuhi) seluruhbadan (lahir batin), jala ikan yang panjang (KRAKAD) suluk/nyanyian jeda padapertunjukan wayang klithik (SENDON), jika 'kale-DON' (terlena) pada 'te-KAD' (kehendak~ maksudnya watak yang buruk akan menjajah lahir batin jika terlena tekadnya)

10. Kênthangrambat (katela) gancaring wong ngringgit (lakon), têtuladha estri kang utama,kang prayoga lêlakone, singa lit munggeng kasur (kucing), kenya putri Kartanêgari(Susilawati), yen tan susileng priya, pan kuciweng sêmu, dêkunging sabda tanaga(taklim), gugur parlu (batal) nora batal ing wêwadi, wong taklim sapadanya.

Tanaman kentang yangmerambat (KETELA) jalan cerita orang yang memainkan wayang (LAKON), akanmenjadi 'TE-tu-LA-dha' (suri tauladan) seorang wanita yang utama, yang baik 'le-LAKON-e'(perbuatannya), singa kecil yang suka tidur di kasur (KUCING), seorang permausuriraja Kertanegari (SUSILAWATI), jikalau tidak 'SUSI-leng' (menghormati) suami,akan membuat 'KUCI-weng' (kecewa), luruhnya tenaga suara (TAKLIM/SALAM HORMAT),gugurnya yang fardlu' (BATAL) jika tidak 'BATAL' (gugur) menyimpan rahasia,semua orang akan 'TAKLIM' (menaruh hormat) kepadanya.

11. RêtnaDewi matur awot sari, saking dhawuh piwulang paduka, muhung nuwun pangestune,mugi-mugi jinurung, badan kula bangkit nglampahi, Gatholoco ngandika, dhuh sirawong ayu, ayune ayu têmênan, aywa kaget ingsun lilanana pamit, saiki ingsunlunga.

Retna Dewi berkata "Hendakmenjalani, segala nasehat dan petunjuk paduka, mohon restu, agar semogamendapat tambahan kekuatan, bagi saya untuk kuat menjalani", Gatholoco berkata,"Dhuh kalian semua yang cantik, benar-benar cantik lahir batin, jangan terkejutaku relakan pamit sekarang, aku hendak pergi."

12. Kranaprêlu kangên arsa tilik, anak murid ing pondhok Cêpêkan, besuk bali mrenemaneh, sira keri rahayu, Gatholoco mangkat pribadi, ing marga tan winarna,kacarita sampun, dumugi pondhok Cêpêkan, para murid dupi miyat ingkang prapti,sukeng tyas kanthi kurmat.

Karena ada keperluankangen dan hendak menjenguk, anak muridku yang ada di pondok Cepekan, kelak akuakan pulang lagi kemari, tinggallah dengan selamat." Gatholoco berangkatsendirian, dijalan tidak diceritakan, sudah sampai, di pondok Cepekan, paramurid begitu melihat siapa yang datang, gembira hati dan memberikan hormat.



1 komentar: