Selasa, 29 Juni 2010

JAKA TINGKIR (1)

Peta Pulau Jawa1724 - 1726, oleh Francois Valentyn.



Demak Bintara, Kesultanan Islam pertama di Jawa, yang berdiri pada tahun 1478 Masehi, setelah berhasil satu persatu menumbangkan penguasa-penguasa keturunan Majapahit, kini mulai menancapkan kuku kekuasaannya di tanah Jawa. Sultan Syah Alam Akbar Jiem Boen-ningrat I atau Raden Patah, menjadi penguasa tunggal pewaris dinansti Majapahit.


Raden Patah memiliki beberapa orang putra-putri, dan yang terkenal diantaranya adalah Raden Yunus, sebagai putra sulung, kelak terkenal dengan nama Adipati Yunus ( Dipati Unus) dan juga terkenal dengan gelar Pangeran Sabrang Lor ( Pangeran Yang Pernah Menyeberang Ke Utara ). Putra kedua bernama Raden Suryawiyata, kelak dikenal dengan gelar Pangeran Sekar Seda Lepen ( Bunga Yang Gugur Ditepi Sungai ). Yang ketiga Pangeran Trenggana, kelak terkenal dengan gelar Sultan Trenggana. Yang keempat seorang putri, yang kelak dinikahkan dengan bangsawan Pasai yang tersohor, Fatahillah.

Pada tahun 1511 Masehi, terdengar kabar di Jawa, Kesultanan Malaka berhasil dijebol pertahanannya oleh Kerajaan Portugis. Malaka dibawah pemerintahan Sultan Mahmud Syah (1488-1511 Masehi) tidak mampu membendung serangan armada laut Portugis yang datang dari India. Dibawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque, Malaka berhasil dihancurkan! Laksmana handal Malaka, Hang Tuah, gugur!

Malaka jatuh! Penyerangan ini dipicu oleh sikap Kesultanan-Kesultanan Islam yang diskriminatif dalam hubungan perdagangan dengan bangsa Eropa yang mayoritas beragama Nashrani. Faktor lain yang menyebabkan bangsa Eropa berlomba-lomba ingin menguasai wilayah kaya rempah-rempah adalah jatuhnya kota Constantinopel, ibu kota Kerajaan Romawi Timur pada tahun 1453 ketangan Kesultanan Turki Utsmani. Kerajaan Romawi Timur tunduk dibawah kekuasaan kaum Islam. Hal ini mengakibatkan tertutupnya perdagangan di Laut Tengah bagi bangsa Eropa. Kesultanan Turki mempersulit para pedagang Eropa beroperasi diwilayahnya. Padahal bangsa Eropa memerlukan pasokan rempah-rempah.

Hal ini pulalah yang memicu munculnya semangat ekstrim bangsa Eropa yang dikenal dengan semangat RECONQUESTA, yaitu semangat membalas dendam kepada kekuasaan Islam dimanapun berada! Politik konfrontasi dikedepankan oleh bangsa Eropa terhadap Kesultanan-Kesultanan Islam diseluruh dunia. Dan Malaka, kini menjadi sasarannya! Jatuhnya Malaka adalah suatu keberhasilan luar biasa bagi Portugis, karena Malaka adalah pusat perdagangan Islam di Asia Tenggara kala itu!

Kabar kejatuhan Malaka membuat Kesultanan-Kesultanan Islam di Nusantara geger! Raden Patah, penguasa Kesultanan Islam Jawa, Demak Bintara, tak kalah berang!

Malaka adalah jalur utama perdagangan Nusantara. Jika Malaka dikuasai Portugis, maka pedagang-pedagang Islam akan kesulitan melakukan kegiatan perekonomian. Maka, atas fatwa Dewan Wali Sangha, Sultan Syah Alam Akbar Jiem Boen-ningrat I, penguasa Demak Bintara, mengutus putra sulungnya, Raden Yunus memimpin Armada Laut Demak untuk menyerang Malaka!

Pada tahun 1512, satu tahun setelah kejatuhan Malaka ditangan Portugis, beribu-ribu Armada Laut Demak berlayar menuju Malaka dengan persenjataan lengkap! Peperangan sekali lagi akan terjadi! Malaka, sekali lagi akan dijadikan ajang pertumpahan darah! Pertumpahan darah yang dipicu oleh masalah politik, ekonomi dan agama!

Peperangan-pun pecah! Portugis mati-matian membendung serangan besar-besaran dari Lasykar Jawa! Portugis terpukul mundur!Lasykar Jawa begitu dahsyatnya! Beberapa wilayah Malaka berhasil diduduki Lasykar Jawa! Namun sayang, penyerangan ini tidak disertai dukungan penuh dari pihak Malaka! Malaka diam-diam malah mempersulit gerak laju Lasykar Jawa! Mereka takut, jika Portugis berhasil dipukul mundur, maka sekali lagi, Malaka akan jatuh ketangan orang-orang Jawa seperti saat Majapahit berkuasa! Suatu alasan yang klasik dan ironis!




PEPERANGAN ARMADA DEMAK DENGAN ARMADA PORTUGIS DI MALAKA (1512 Masehi)


Dan pada akhirnya, Portugis berhasil memukul mundur Lasykar Demak Bintara dari Malaka! Kekalahan telak bagi Demak! Sisa-sisa Pasukan Laut Demak akhirnya bertolak kembali ke Jawa.

Untuk mengenang peristiwa ini, maka Raden Yunus, pemimpin Lasykar Demak yang menyerang Portugis di Malaka,mendapat gelar kehormatan, Pangeran Sabrang Lor ( Pangeran Yang Pernah Menyeberang ke Utara)

Lima tahun setelah penyerangan, yaitu pada tahun 1518 Masehi, Raden Patah wafat.Raden Yunus lantas terpilih menggantikan ramandanya dengan gelar Sultan Syah Alam Akbar Jiem Boen-ningrat II.

Begitu Raden Yunus memegang tampuk pemerintahan Demak, politik garis keras Islam semakin ekstrim dia terapkan. Hal ini terpicu oleh masuknya bangsa Eropa ke Nusantara. Namun efek balik dari diterapkannya politik yang radikal ini, membuat para bangsawan Majapahit yang masih berpegang pada keyakinan Shiwa Buddha ikut terkena imbasnya.

Tiga tahun kemudian, tepat pada tahun 1521 Masehi, Raden Yunus terbunuh oleh sisa-sisa lasykar Majapahit yang merasa semakin tersudutkan. ( Dalam berbagai cerita tradisional, dikisahkan Keris Kyai Naga Sasra menggigit punggung Raden Yunus hingga wafat. Dari sumber Kronik Tionghoa klenteng Sam Po Kong Semarang diceritakan Dipati Yunus kembali mengadakan penyerangan Malaka dan dia wafat karena menderita bengkak paru-paru. Sedangkan berita dari Portugis, Adipati Yunus wafat karena tusukan krissteek/keris : Damar Shashangka). Raden Yunus belum memiliki seorang putra. Hal ini mengakibatkan Dewan Wali Sangha harus menunjuk adik Raden Yunus untuk memegang tampuk pemerintahan Demak.




Pangeran Trenggana, Sultan Demak ke III


Dewan Wali Sangha terpecah menjadi dua kubu menjelang pemilihan Sultan Demak pengganti Raden Yunus. Sebagian mengusulkan Raden Suryawiyata, putra kedua Raden Patah sebagai pengganti, dan sebagian yang lain mengusulkan Pangeran Trenggana, putra ketiga Raden Patah sebagai penggantinya.

Kala itu, Dewan Wali Sangha dipimpin oleh Sunan Giri Dalem, putra Sunan Giri Kedhaton yang telah wafat pada tahun 1506 Masehi. Parktis, kedudukan Sultan di Giri-pun dugantikan oleh Sunan Giri Dalem. Banyak para wali sepuh yang sudah wafat dan digantikan oleh para wali muda. Namun ada dua orang wali yang masih hidup dan sangat-sangat disegani. Keduanya adalah Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus.

Sunan Kudus kini menjabat sebagai Penasehat Agung Kesultanan Demak. Jabatan sebagai Senopati telah dilepaskannya. Sedangkan Sunan Kalijaga tetap bermain dibelakang layer. Beliau diam-diam menggembleng trah Tarub, terutama Raden Getas Pandhawa, putra Raden Bondhan Kejawen. (Baca catatan saya Misi Peng-Islam-an Nusantara : Damar Shashangka). Selain itu, beliau juga tengah menunggu Mas Karebet, putra Ki Ageng Pengging yang kini tinggal di Tingkir untuk beranjak dewasa.

Dan Raden Getas Pandhawa, adalah guru dari Pangeran Trenggana. Praktis, Pangeran Trenggana adalah cucu murid Sunan Kalijaga. Dan oleh karena itulah, Pangeran Trenggana lebih pro ke Islam Abangan.

Dilain pihak, Raden Suryawiyata, berguru dan bahkan dianggap sebagai murid emas oleh Sunan Kudus. Oleh karena itu pula, Raden Suryawiyata lebih pro ke Islam Putihan.

Persaingan antara kubu Putihan dan Abangan ini kembali meruncing setelah beberapa waktu lalu, disaat pemerintahan Raden Patah sempat mereda. Dan persaingan semakin memanas setelah Raden Yunus wafat karena terbunuh!

Atas bantuan Sunan Kalijaga yang berhasil melobi pimpinn Dewan Wali Sangha, Sunan Giri Dalem, suksesi pencalonan Pangeran Trenggana sebagai Sultan ketiga Demak, berhasil gemilang! Pangeran Trenggana berhasil menduduki tahta Demak Bintara menggantikan Raden Yunus dan berhak menyandang gelar Sultan Syah Alam Akbar Jiem-Boen-ningrat III. Kubu Islam Abangan berhasil memenangkan pertarungan politik. Hal ini terjadi pada tahun 1521 Masehi.

Raden Suryawiyata menolak mengakui adiknya sebagai seorang Sultan Demak. Segera setelah dikukuhkannya Pangeran Trenggana sebagai Sultan, Raden Suryawiyata, yang berkedudukan di Kadipaten Jipang Panolan ( Sekarang sekitar wilayah Blora, Jawa Tengah : Damar Shashangka. ) segera mengadakan gerakan makar! Perlawanan bersenjata-pun terjadi! Peperangan berkobar antara Demak dengan Jipang Panolan. Diam-diam, Sunan Kudus berada dibelakang gerakan ini. Jipang Panolan dan Pesantren Kudus, sebenarnya berhubungan erat. Bahkan beberapa santri Sunan Kudus, diam-diam menyokong gerakan makar ini!







Peperangan berlangsung alot! Jipang Panolan sulit ditaklukkan! Namun, pada akhirnya kemenangan berhasil diraih pihak Pangeran Prawata. Raden Suryawiyata berhasil dipukul mundur dan harus melarikan diri dari Jipang Panolan. Peperangan benar-benar berhenti manakala Raden Suryawiyata berhasil dibunuh ditempat persembunyiannya.

Pangeran Prawata, putra sulung Pangeran Trenggana dan Pangeran Hadiri, menantu Pangeran Trenggana yang dinikahkan dengan Nimas Ratu Kalinyamat, (Pangeran Hadiri berkuasa didaerah Kalinyamat dan bergelar Pangeran Kalinyamat atau Sunan Kalinyamat. Sekarang berada didaerah Jepara, Jawa Tengah : Damar Shashangka ), berhasil menemukan persembunyian Raden Suryawiyata dan berhasil pula membunuh putra kedua Raden Patah tersebut!

Ada kisah menarik sehubungan dengan terbunuhnya Raden Suryawiyata. Manakala pasukan Jipang Panolan terpukul muncur, Raden Suryawiyata berhasil melarikan diri dan bersembunyi disuatu tempat. Konon, Raden Suryawiyata terkenal sangat sakti mandraguna. Tidak satupun senjata yang mampu melukainya, kecuali sebuah senjata pusaka yang dikenal dengan nama Keris Kyai Brongot Setan Kober. Dan keris ini hanya dimiliki oleh Sunan Kudus dan tersimpan di Pesantren Kudus!

Pangeran Trenggana tahu akan rahasia ini. Dia mengatur siasat jitu untuk menumpas habis lasykar Jipang Panolan. Pada suatu saat, Sunan Kudus, tanpa ada kepentingan yang jelas, dipanggil menghadap ke Demak Bintara. Sebagai seorang Penasehat Agung, mau tidak mau Sunan Kudus harus memenuhi panggilan Sultan Demak yang baru tersebut. Dengan diiringi beberapa santri pilihan dan di kawal pasukan Demak yang menjemputnya, Sunan Kudus berangkat dari Pesantren Kudus menuju Demak Bintara.

Selang beberapa waktu keberangkatan Sunan Kudus, menjelang tengah hari, Pangeran Prawata dan Pangeran Hadiri yang masih muda-muda, datang ke Pesantren Kudus dengan dikawal beberapa prajurid Demak. Mereka berdua mohon ijin menemui istri Sunan Kudus, konon mereka mendapat pesan dari Sunan Kudus yang kini tengah berada di Keraton Demak.

Istri Sunan Kudus mempersilakan mereka menghadap. Dihadapan istri Sunan Kudus, Pangeran Prawata mengatakan bahwa Sunan Kudus menyuruh mereka untuk mengambil Keris Kyai Brongot Setan Kober. Sunan Kudus tengah memerlukannya sekarang!

Karuan saja, istri Sunan Kudus mempercayainya. Dan tanpa menaruh rasa curiga sedikit-pun, istri Sunan Kudus memberikan Keris pusaka tersebut kepada Pangeran Prawata. Begitu Keris Kyai Brongot Setan Kober sudah ditangan, Pangeran Prawata dan Pangeran Hadiri mohon pamit!

Manakala Sunan Kudus pulang dari Keraton, betapa terkejutnya dia setelah mengetahui bahwa Kyai Brongot Setan Kober berhasil dibawa lari oleh Pangeran Prawata dan Pangeran Hadiri. Sunan Kudus marah besar! Seketika itu juga, Sunan Kudus mengirimkan kurir untuk menyampaikan kabar tersebut sekaligus mempertanyakan keberadaan Pangeran Prawata dan Pangeran Hadiri kepada Sultan Demak. Namun, Sultan Demak memberikan jawaban melalui kurir pula bahwasanya, dia tidak tahu menahu akan urusan tersebut!

Sunan Kudus dalam dilema. Dua orang Pangeran yang telah menipu istrinya adalah putra dan putra menantu Sultan Demak. Sunan Kudus tidak berani terang-terangan dan ceroboh mengambil tindakan. Walau dia telah sadar, dia telah ditipu mentah-mentah dan Sultan Demak pasti berada dibelakang semua kejadian ini. Secara diam-diam, Sunan Kudus memerintahkan murid-murid pilihannya untuk melacak keberadaan Pangeran Prawata dan Pangeran Hadiri. Dan dipihak Sultan Demak, keberadaan kedua Pangeran ini sengaja disembunyikan, walaupun secara diam-diam pula!

Pelacakan oleh murid-murid Sunan Kudus tidak membawa hasil. Keberadaan Pangeran Prawata dan Pangeran Hadiri bak raib ditelan bumi. Baru beberapa bulan kemudian terdengar kabar, Raden Suryawiyata telah terbunuh di suatu tempat, dipinggir sebuah sungai dengan Keris Kyai Brongot Setan Kober masih menancap dibelikatnya! Raden Suryawiyata lantas dikenal dengan gelar Pangeran Sekar Seda Lepen ( Pangeran Bunga Yang Meninggal Disungai ).

Sunan Kudus benar-benar merasa kecolongan. Tapi posisinya saat ini benar-benar terjepit semenjak Pangeran Trenggana menduduki tahta. Dia tidak bias berbuat apa-apa secara terang-terangan!

Yang berhasil membunuh Raden Suryawiyata, tak lain memang Pangeran Prawata. Setelah berhasil membawa lari Kyai Brongot Setan Kober, Pangeran Prawata diutus memimpin pasukan khusus yang melacak tempat persembunyian Raden Suryawiyata. Beberapa bulan kemudian, tempat persembunyian Pangeran Demak itu diketemukan!

Raden Suryawiyata hanya diikuti oleh beberapa pasukan Jipang yang tak seberapa. Dan beberapa pasukan ini bias dilumpuhkan dengan mudah oleh pasukan khusus Demak! Praktis, Raden Suryawiyata kini benar-benar tanpa pengawal. Dan kehadiran pasukan khusus Demak ini juga benar-benar tidak disadari oleh Raden Suryawiyata. Kala itu, dia tengah melakukan sembahyang Dzuhur, tepat dipinggiran sungai berbatu.

Pangeran Prawata dan Pangeran Hadiri mengendap-endap mendekati Raden Suryawiyata yang tengah bersembahyang. Suara derasnya aliran sungai benar-benar membantu menyamarkan gerakan kedua Pangeran sehingga tidak didengar oleh Raden Suryawiyata. Dan begitu sudah sedemikian dekat, Pangeran Prawata menghunus keris Kyai Brongot Setan Kober dan segera menikam belikat Raden Suryawiyata dari belakang! Tepat waktu itu, Raden Suryawiyata tengah dalam posisi duduk!

Raden Suryawiyata menjerit kesakitan! Tubuhnya roboh kesamping! Darah menyemburat dari belikatnya dan sebuah keris tertancap disana! Mata Raden Suryawiyata nyalang mencari siapa yang telah berani menikamnya! Dan mata Raden Suryawiyata tertambat pada Pangeran Prawata dan Pangeran Hadiri! Dengan menggeram marah, Raden Suryawiyata berkata :


“Prawata!!! Apa sira bidhog!! Ana wong sembahyang sinuduk wangkingan!!!”

(Prawata!!! Apa kamu buta!! Ada orang sembahyang ditusuk senjata!!!)


Namun, sesaat kemudian, Raden Suryawiyata tersungkur dan menghembuskan nafas terakhir dengan darah menggenangi batu tempat dia bersembahyang. Dan bersaman dengan itu, anehnya, mendadak pandangan mata Pangeran Prawata menjadi kabur…dan lama-lama, dunia berubah menjadi gelap gulita! Pangeran Prawata benar-benar menjadi buta mendadak!

Pangeran Prawata panik! Dengan dibantu Pangeran Hadiri, Pangeran Prawata dituntun kembali ketempat pasukan Demak berada dan segera memerintahkan secepatnya meninggalkan tempat tersebut. Pangeran Prawata dan Pangeran Hadiri lupa, bahwasanya Kyai Brongot Setan Kober masih menancap dibelikat mayat Raden Suryawiyata! Karena kepanikan akibat kebutaan yang mendadak, kedua Pangeran ini telah berbuat ceroboh!

Ada beberapa pasukan Jipang Panolan yang ternyata masih hidup dan bersembunyi. Mereka melihat langsung kejadian tersebut. Secepatnya mereka membagi tugas, sebagian menuju Pesantren Kudus untuk melaporkan kejadian tersebut kepada Sunan Kudus dan sebagian merawat jenazah Raden Suryawiyata.

Beberapa hari kemudian, Sunan Kudus diiringi beberapa santrinya dating ketempat tersebut. Didapatinya, Raden Suryawiyata telah dikebumikan disana. ( Sampai sekarang saya belum mendapat informasi, dimana lokasi ini berada : Damar Shashangka.)

Keris Kyai Brongot Setan Kober, diserahkan kepada Sunan Kudus oleh salah seorang pasukan Jipang yang menjadi saksi kejadian itu. Diam-diam, Sunan Kudus menyimpan dendam tersendiri!

Raden Suryawiyata meninggalkan seorang anak laki-laki yang masih kecil di Kadipaten Jipang Panolan. Anak laki-laki putra satu-satunya Raden Suryawiyata ini, diambil anak angkat oleh Sunan Kudus. Kelak anak ini dikenal dengan nama ARYA PENANGSANG!.


(18 Januari 2010, by Damar Shashangka)



Raden Patah/Panembahan Jiem-Boen
(SULTAN SYAH ALAM AKBAR JIEM-BOEN-NINGRAT I )
(1478-1518 Masehi)



Sumber :

1. Babad Tanah Jawi
2. Babad Tanah Jawi Demakan
3. Serat Kandha
4. Kronik Tionghoa Klenteng Sam Po Kong- Semarang
5. Cerita tutur masyarakat Jawa
6. Baboning Kitab Primbon, terbitan Sadu Budi, Solo



Tidak ada komentar:

Posting Komentar