Selasa, 29 Juni 2010

JAKA TINGKIR (5)

Belum reda keheranan Jaka Tingkir, salah seorang dari enam orang yg tengah tercengang melihatnya menghambur dan memeluknya. Keheranan Jaka Tingkir semakin bertambah-tambah. Namun begitu sosok itu memperkenalkan didinya sebagai Ki Ageng Butuh, sahabat karib ayahandanya Ki Ageng Pengging, Jaka Tingkir sedikit banyak memahami situasi yg serba mengherankan tersebut.

Ki Ageng Butuh menjelaskan bahwasanya Jaka Tingkir kini telah terpilih sebagai Raja Tanah Jawa. Sesaat lalu, kala Jaka Tingkir tertidur, cahaya wahyu keprabhon telah jatuh diatas kepalanya. Jaka Tingkir kembali dicekam rasa heran. Antara percaya tidak percaya. Namun melihat keseriusan Ki Ageng Butuh, keraguan Jaka Tingkir luruh juga.

Malam itu, Ki Ageng Butuh banyak memberikan wejangan-wejangan yang sangat berguna bagi Jaka Tingkir. Satu hal yg beliau tekankan, agar Jaka Tingkir mentauladani ayahandanya Ki Ageng Pengging yang terkenal sabar dan legowo. Jika kelak Jaka Tingkir benar-benar berhasil menduduki tahta dan menjadi penguasa Tanah Jawa, sikap ini harus dikedepankan.

Menjelang pagi, Ki Ageng Butuh-pun melepas kepergian Jaka Tingkir dan rombongan dengan doa-doa keselamatan.

Rombongan Jaka Tingkir, kini melanjutkan perjalanan melalui jalur darat.



Pegunungan Prawata


Dan perjalanan rombongan Jaka Tingkir-pun sampai juga di pegunungan Prawata. Walau agak lambat dikarenakan mereka memilih jalur-jalur sepi dengan menerobos hutan belukar demi meghindari kecurigaan orang banyak, pada akhirnya mereka tiba juga.

Dengan bantuan gerilyawan anak buah Arya Bahu Reksa, Jaka Tingkir bisa bertemu dengan Kebo Andanu, pemimpin gerilyawan yang bermukim disekitar Pegunungan Prawata.

Jumlah personil anak buah Kebo Andanu ternyata cukup banyak juga. Dengan bantuan mereka yang sudah cukup hafal medan Pegunungan Prawata, apa yang akan direncanakan Jaka Tingkir akan bisa dijalankan dengan mudah.

Jaka Tingkir dan Kebo Andanu segera merndingkan rencana secara matang.

Setelah bkesepakatan dicapai, Jaka Tingkir menjanjikan, kelak apabila dia berhasil menduduki tahta Demak dan berhasil mendirikan Kerajaan baru, Kebo Andanu akan diberikan wilayah otonomi khusus didaerah Pegunungan Prawata dan sekitarnya. Kebo Andanu dijanjikan akan diangkat sebagai penguasa setingkat Adipati atau Raja Bawahan.

Untuk sementara waktu, Jaka Tingkir berserta rombongan beristirahat beberapa hari dipusat hunian para gerilyawan pimpinan Kebo Andanu. Jaka Tingkir menanti hari yang tepat untuk menjalankan rencananya.

Dan pada hari yang ditentukan, gerilyawan gabungan ini bergerak menduduki tempat-tempat yang sudah direncanakan. Tempat-tempat yang mendekati posisi Pesanggrahan dimana Sultan Trenggana berada.

Dengan ditemani Ki Mas Manca, Jaka Tingkir menyamar sebagai seorang tukang rumput. Mereka berdua lebih mendekat ke pusat Pesanggrahan. Jaka Tingkir ingin lebih memastikan dengan mata kepala sendiri bahwa Sultan Trenggana memang benar-benar berdiam disana. Selain itu, Jaka Tingkir juga tengah mencari target beberapa orang Prajurid Pengawal Sultan yang sama-sama saling kenal dengan dirinya.

Dari hasil pengamatan Jaka Tingkir, dia bisa memastikan bahwa Sultan Trenggana memang berdiam disana. Jaka Tingkir yakin setelah mengamati seharian kondisi dan situasi Pesanggrahan. Sebagai mantan Lurah Prajurid Pengawal Sultan, Jaka Tingkir tahu bahwa memang Raja Demak itu sedang berada di Pesanggrahan Pegunungan Prawata.

Pada malam harinya, kembali Jaka Tingkir, ditemani Ki Mas Manca dan beberapa gerilyawan pilihan mendekati lokasi Pesanggrahan. Jaka Tingkir tengah mengincar beberapa orang prajurid jaga. Yaitu Prajurid Pengawal Sultan yang dikenalinya.

Setelah mendapatkan sasaran yang tepat, ditambah situasi yang dirasa cukup memadai, Ki Mas Manca dan Jaka Tingkir menyergap dua orang prajurid yang sudah diincar semenjak sore. Dibantu beberapa gerilyawan yang lain, dua orang prajurid ini berhasil dilumpuhkan dan dibawa menjauhi areal Pesanggrahan menuju ke tempat persembunyian para gerilyawan.

Sesampainya ditempat persembunyian para gerilyawan, kedua prajurid pengawal tersebut langsung ditemui sendiri oleh Jaka Tingkir. Betapa terkejut mereka mengetahui siapa yang tengah menemui mereka berdua. Keduanya tidak bakalan lupa dengan Jaka Tingkir, mantan Lurah Prajurid Pengawal mereka.

Oleh Jaka Tingkir, kedua prajurid ini ditawari jabatan tinggi jika mereka mau membantu gerakan yang direncanakan Jaka Tingkir. Dan keduanya tergiur. Mereka akhirnya menerima tawaran tersebut. Tugas mereka hanyalah mengabarkan kepada Sultan Trengana bahwa mereka melihat sosok Jaka Tingkir tegah bertapa disekitar Pegunungan Prawata.

Kabar tersebut harus disampaikan kepada Sultan Demak keesokan hari manakala Pesanggrahan sudah diserang oleh pere gerilyawan. Ditengah situasi genting dan sangat mengancam keselamatyan Sultan, disaat itulah kedua prajurid ini harus menghadap Sultan dan menyampaikan berita tersebut.

Selanjutnya mereka harus bisa memberi masukan agar Sultan meminta bantuan Jaka Tingkir untuk mengusir gerombolan liar yang mengancam beliau.

Jika Sultan setuju, secepatnya mereka harus kembali menemui Jaka Tingkir. Jika Sultan tidak setuju, mereka tidak usah kembali lagi.


Menjelang pagti hari, seluruh gerilyawan telah siap pada pos masing-masing. Dan bersamaan dengan bunyi burung hutan buatan yang disuarakan oleh Ki Mas Manca, serentak mereka keluar dari persembunyian dan menyerang Pesanggrahan dimana Sultan Trenggana berada!

Pagi baru menjelangt. Embun masih juga belum mengering. Matahari masih menyembul malu-malu. Seluruh Prajurid Pengawal Sultan Demak dikejutkan dengan serangan mendadak dari gerombolan gerilyawan Majapahit!

Bende (Gong kecil) seketka nyalang dipukul! Dari satu tempat, menyusul suara bende terdengar ditempat lain! Berkumadnatg memekakkan telinga! Bunyi pukulan bertylu-talu tersebut berbaur dengan suara teriakan-teriakan beringas dari para gerilyawan dan suara kepanikan para prajurid Demak!

Dipagi buta itu, dimana mata mereka juga belum sepenuhnya jernih, para Prajurid Pengawal Sultan segera menyambar senjata dan tameng masing-masing! Riuh rendak suaranya! Bentakan-bentakan komando terdengar disana-sini!!

Dan pertempuran pecah sudah! Senjata-senjata berkilat-kilat ditimpa cahaya mentari yang baru saja mengintip mayapada! Disana-sini, suara denting senjata terdengar memekakkan telinga dibarengi teriakan-teriakan marah dari mereka yang tengah mengadu nyawa!!

Belum reda kekacauan yang tengah terjadi, para prajurid Demak dikejutkan pekikan keras dari sisi lain. Pekikan yang berbunyi : JAYA MAJAPAHIT!! berulang-ulang dan disusul suara gemuruh sahutan : JAYA!!. Disana, dari sisi lain, sepasukan gerilyawan datang menyerang dan meleburkan diri dalam pertempuran yang sudah terjadi!!!

Kepanikan melanda para Prajurid Pengawal Sultan! Mereka tidak menyangka-nyangka, hari ini para gerilyawan berani menyerang Pesanggrahan Pegunungan Prawata!! Kepanikan semakin bertambah-tambah manakala disela-sela pertempuran terdengar teriakan berulang-ulang : PATENI WONG DEMAK!!! (BUNUH ORANG DEMAK!!). Teriakan ini bersahut-sahutan. Para prajurid Demak sedikit menciut nyalinya.

Dan satu demi satu, mayat-pun bergelimpangan bermandikan darah!!!

Kebo Andanu terlihat memacu kuda ditengah-tengah pertempuran sembari terus berteriak-teriak : JAYA MAJAPAHIT!! Dia membawa bendera bergambar Surya Majapahit, simbol kebesaran Majapahit ditangan kirinya ,sedangkan tangan kanannya terus mengayunkan senjata dengan lincahnya!! Satu dua prajurid Demak terpapas ayunan senjatanya! Jerit kesakitan terdengar diiringi tumbangnya tubuh itu dengan bermandikan darah segar!

Para Prajurid Pengawal Sultan terdesak! Tubuh-tubuh prajurid Demak tumbang satu persatu. Gerilyawan liar ini sangat terlihat sangat ganas! Gerakan peyerangan mereka yang tidak kenal takut terlihat sarat dengan penumpahan dendam dan kebencian!!

Dan beberapa pasukan gerilyawan telah naik memasuki Pesangrahan dimana Sultan Trenggana tengah berada! Jerit ketakutan dari para dayang wanita dan beberapa selir yang kebetulan ikut ditempat tersebut terdengar! Mereka ketakutan melihat gerombolan gerilyawan Majapahit memasuki Pesanggrahan tanpa ada satupun pasukan Demak yang bisa menahannya! Kegaduhan, kepanikan, ketakutan terlihat disana-sini!

Pergerakan pasukan gerilyawa sudah tidak dapat dikontrol lagi. Penyeragan mereka semakin liar dan ganas!!!

Melihat situasi seperti itu, Jaka Tingkir segera memerintahkan dua orang prajurid Demak yang semalam diculiknya untuk segera menjalankan tugas! Kedua prajurid ini langsung bergerak menyusup, mencari jalan aman menuju Pesanggrahan. Sebuah tanda khusus yang mereka kenakan dileher membuat para gerilyawan yang kebetulan melihat mereka segera memberikan jalan!!

Dua orang prajurid ini sampai di Pesanggrahan! Situasi sangat kacau balau!! Mereka telah hapal jalan menuju ruang dalam Pesanggrahan. Dan mereka bergerak ke ruang rahasia dimana mereka pastikan Sultan pasti tengah mengamankan dirinya disana!!

Kedatangan mereka yang tergopoh-gopoh membuat beberapa prajurid pengawal yang masih menjaga Sultan terkejut!! Ditengah kepanikan dan ketakutan, ditengah kebingungan mereka mencari celah membawa lari Sultan keluar dari medan tempur, kedatangan dua orang prajurid ini hampir saja menimbulkan pertikaian!!

Namun melihat yang datang adalah sesama anggota prajurid pengawal, mereka-pun segera menanyakan ada berita penting apakah yang hendak disampaikan? Dua orang prajurid ini meminta ijin untuk bertemu Sultan Trenggana langsung!

Dalam suasana mencekam, para prajurid yabg menjaga Sultan mengantarkan dua orang suruhan menemui Sultan Trenggana! Didalam bilik, nampak Sultan tengah berdiri tegang sembari menggenggam keris. Melihat kedatangan dua orang prajurid tersebut, Sultan langsung menyambut dan menanyakan apa yang hendak mereka sampaikan.

Tanpa menungu waktu lama, dua orang prajurid ini langsung mengabarkan bahwa mereka melihat Jaka Tingkir. Jaka Tingkir tengah berada disekitar Pegunungan Prawata. Dia tengah menjalankan Tapa Brata. Jika Sultan berkenan, Jaka Tingkir mau turun tangan saat ini juga!!


Dalam kondisi panik, Sultan Treggana tidak bisa berfikir panjang lagi. Beliau langsung memerintahkan dua prajurid ini untuk menemui Jaka Tingkir. Sultan Trenggana memerintahkan Jaka Tingkir mengatasi kekacauan dan Sultan akan mengampuni segala kesalahannya!

Kedua prajurid ini bergegas mohon undur. Keduanya segera keluar dari Pesangrahan, kembali menemui Jaka Tingkir!

Mendengar Sultan Trenggana tengah panik dan meminta bantuannya, Jaka Tingkir, Ki Mas Manca, Ki Mas Wila dan Ki Mas Wuragil segera bergerak!

Ki Mas Manca segera memperdengarkan suara burung hutan tiruan bersahut-sahutan! Disusul kemudian suara serupa terdengar! Suara yang dibuat oleh para gerilyawan yang lain begitu mendengar suara burung hutan tiruan yang diperdengarkan oleh Ki Mas Manca!

Jika suara ini terdengar, maka menandakan bahwasanya Jaka Tingkir sudah waktunya tampil ke medan laga

Namun seharusnya, begitu mendengar isyarat suara yang dibunykan beberapa gerilyawan dari garis belakang, Kebo Andanu harus memberikan isyarat penghentian setengah penyerangan dengan menurunkn bendera Surya Majapahit! Hanya pemimpin gerilyawan anak buah Arya Bahureksa saja yang melakukannya. Gerakn penyerangan setengah terhenti dari sisi lain. Beberaga gerilyawan dibaris depan berbalik arah mundur pelahan bergelombang!

Namun tidak dengan pasukan yang dipimpi Kebo Andanu! Mereka terus merangsak maju. Mereka tidak melihat bendera Surya Majapahit ditangan Kebo Andanu diturunkan!

Situasi yang tak terduga ini membuat beberapa gerilyawan kebingungan. Dan Jaka Tingkir-pun melihat itu! Kebo Andanu tidak menuruti perintahnya! Kebo Andanu tidak menjalankan rencana yang telah disepakati! Dan gerakan pasukan Kebo Andanu telah merambah Pesanggrahan. Beberapa bangunan Pesanggrahan telah dibakar!

Jaka Tingkir cepat bertindak! Dia mengambil sekor kuda dan cepat naik keatas pelana. Kuda langsung digebrak nyalang, langsung melaju ke garis depan! Ki Mas Manca, Ki Wila dan Ki Wuragil tidak tinggal diam! Mereka segera meggebrak kuda masing-masing menyusul Jaka Tingkir!

Melihat kedatangan empat penunggang kuda yang menerobos medan pertempuran, dan yang paling depan terlihat adalah Jaka Tingkir, Kebo Andanu tidak menggubris! Bendera Surya Majapahit kini semakin dia angkat tinggi-tinggi!

Jaka Tingkir bertindak cepat, dia memacu kuda mendekati Kebo Andanu. Manakala jarak mereka sudah teramat dekat, Jaka Tingkir langsung melompat dari atas kudanya, menubruk tubuh Kebo Andanu! Karuan saja, Kebo Andany jatuh terguling ditimpa tubuh Jaka Tingkir. Bendera Surya Majapahit terlempar dari genggamannya!

Cepat bendera itu diraih Jaka Tingkir dan dilemparkan kearah Ki Mas Manca yang tengah memacu kuda kearahnya! Ki Mas Manca sigap menerima lemparan tersebut! Dengan terus memacu kuda ke garis paling depan, diiringi Ki Mas Wila dan Ki Mas Wuragil, Ki Mas Manca mengangkat tinggi-tinggi bendera Surya Majapahit, lantas digerakkannya turun sambil berteriak :

“Munduuuuuuuuur!!!!”

Mendengar teriakan komando dari Ki Mas Manca dan melihat bendera Surya Majapahit ditangannya bergerak turun, beberapa pemimpin gerilyawan yang membawa bendera serupa segera melakukan hal yang sama dan berteriak :

“Munduuuuuuur!! Munduuuuuuuuur!!”

Gerakan merangsak maju dari anak buah Kebo Andanu segera tertahan. Kini pelahan mereka mundur ke belakang bergelombang!

Beberapa prajurid Demak yang hampir kehilangan nyawa bersyukur manakala para gerilyawan itu seketika mundur kebelakang!

Di lain tempat, Kebo Andanu tengah berhadapan dengan Jaka Tingkir!

“Paman, mengapa tidak mengikuti rencana semula?!”

Suara Jaka Tingkir tertahan. Jarak mereka teramat dekat, cukup untuk didengar oleh Kebo Andanu. Kebo Andanu mendengus! Matanya berkilat-kilat!

“Kehormatan bagiku membunuh keturunan Patah itu dengan tanganku, Raden!”

Suara Kebo Andanu terdengar bergetar meahan amarah!

Jaka Tingkir mendesis :

“Pasukan Demak dalam jumlah besar sebentar lagi datang! Percuma hanya membunuh Sultan-nya! Sultan baru akan segera diangkat menggantikan! Ikuti rencana semula, paman! Tahta Demak bisa kita rebut dari dalam!!”

Namun Kebo Andanu tidak mau mendengar. Kini dia malah menaiki kudanya, menghunus keris dan berkata :

“Bunuhlah aku, Raden! Hanya dengan cara itu Raden bisa menghentikan aku memenggal kepala Trenggana!!”

Kuda digebrak! Sesaat meringkik! Lantas berlari ke arah Pesanggrahan! Jaka Tingkir tidak tinggal diam! Dia berlari menghampiri kudanya dan segera meyusul Kebo Andanu!

Aksi kejar-kejaran terlihat jelas karena pertempuran pelahan mulai mereda. Seluruh yang hadir menyaksikan itu semua. Para gerilyawan menduga-duga apa yang tengah terjadi! Dan pada akhirnya mereka masing-masing bisa menyimpulkan bahwa Kebo Andanu tengah melanggar rencana semula!

Di pihak pasukan Demak, beberapa prajurid senior bisa melihat dengan jelas dan mengenali bahwa sosok penunggang kuda yang tengah mengejar pemimpin gerilyawan itu tak lain adalah Jaka Tingkir, mantan Lurah Prajurid Pengawal Sultan! Berbagai dugaan merebak dibenak mereka! Namun, aksi kejar-kejaran yang tengah berlangsung lebih menyita perhatian mereka!!

Dan kembali Jaka Tingkir lebih tangkas memapas laju kuda Kebo Andanu!! Kuda Jaka Tingkir mendahului laju kuda Kebo Andanu dan dengan berani bergerak melintang didepannya! Karuan Kuda Kebo Andanu terkejut dan sigap berlari memutar!!!

Kedua kuda berlari berputar arah, lantas bertemu berhadap-hadapan! Koua melonjak-lonjak sesaat! Mendengus-dengus!! Jaka Tingkir dan Kebo Andanu kini kembali berhadapan!!

“Hentikan, paman!!”

Kebo Andanu tersenyum anyir!! Dia menggeleng!!

“Membunuh Trenggana atau mati ditangan pewaris tahta Majapahit adalah kehormatan bagiku!”

Nyaring suara Kebo Andanu! Hampir semua orang mendengar suaranya! Kini, baik pasukan Demak maupun para gerilyawan mendadak terkesiap diam!! Hanya ringkikan-ringkikan kuda sesekali terdengar disana-sini! Mereka yang hadir menantikan dengan tegang apa yang bakal terjadi!

Dan, kembali Kebo Andanu memutar kudanya! Jaka Tingkir sigap! Dia menubruk tubuh Kebo Andanu sekali lagi! Keduanya terguling-guling ditanah! Dan keduanyapun cepat bangkit berdiri!! Kebo Andanu beringas! Ia tusukkan keris ke tubuh Jaka Tingkir!!

Jaka Tingkir menghindar! Jaka Tingkir tetap bersikeras mengingatkkan Kebo Andanu! Namun serangan Kebo Andanu semakin ganas!! Pertempuran terjadi! Disaksikan oleh para prajurid Demak dan para gerilyawan, dua sosok harimau Majapahit itu kini tengah bertempur satu lawan satu!

Belum lama pertempuran terjadi, suasana tegang tiba-tiba dipecahkan oleh suara hentakan kendang dan alunan gamelan!! Suara irama pertempuran!! Bunyi itu berasal dari arah Pendhopo Pesanggrahan. Seluruh yang hadir melihat, disana, Sultan Trenggana nampak tengah berdiri menyaksikan duel maut dua harimau Majapahit!! Sultan-lah yang memerintahkan beberapa Pangrawit Keraton ( Pemusik Istana ) yang juga ikut serta dalam rombongan Sultan di Pegunungan Prawata, untuk membunyikan gamelan bernada perang!! Bunyi gamelan mengiringi adu kesaktian Jaka Tingkir dan Kebo Andanu!!

Kendang menghentak-hentak nyalang! Indah didengar!! Seiring gerakan dua orang yang tengah mengadu nyawa! Hentakan kendang, dibarengi teriakan dari para prajurid Demak!!!

Para gerilyawan diam ditempat masing-masing! Mereka tidak mengira situasi berubah secepat itu! Namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa! Semua hanya bisa mengamati dengan dada berdebar! Kedua orang yang tengah bertempur adalah para pemimpi mereka!

Namun tidak demikian dipihak pasukan Demak! Setiap kali Jaka Tingkir menyarangkan serangan, kendang dipukul keras!! Dan teriakan para prajurid mengiringinya!!! Disuatu saat, manakala posisi keduaya merapat, Jaka Tingkir menggeram :

“Hentikan!!”

Kebo Andanu mendengus :

“Bunuh aku, Raden! Atau aku akan memenggal kepala Trenggana!”

Dan pertempuran berjalan a lot! Masing-masing sangat tangguh dan terampil bermain keris! Namun disuatu ketika, keris Jaka Tingkir berhasil melukai lambung Kebo Andanu! Kendang menghentak!!! Gemuruh suara prajurid membahana!!

Kebo Andanu semakin nekad!! Dan disuatu saat, ketika Jaka Tingkir berhasil membalikkan serangan keris Kebo Andanu, ujung keris meluncur tak terarah lagi mengarah dada sang pemimpin gerilyawan!! Jaka Tingkir kaget tapi terlambat!! Keris menancap dalam!! Tepat didada Kebo Andanu!!

Kebo Andanu menggeram!! Darah memancar dari dadanya!! Sesaat dia hendak bergerak kedepan, namun tubuhnya luruh, dia jatuh terduduk.....!!!

Tangan kirinya mendekap dada yang telah basah oleh darah segar!! Tangan kanannya yang tenngah memegang keris diangkat tinggi-tinggi. Kebo Andanu berteriak :

“Jaya Majapahittt!!!”

Jaka Tingkir terkesima! Tubuhnya bagai terpancang kuat kedasar bumi!! Sesaat sebelum Kebo Andanu tersungkur, dia melihat ksatria Majapahit itu terseyum kepadanya!!!

Bunyi gamelan kemenangan kini terdengar!! Sorak sorai para prajurid Demak bergema! Ditempat lain para gerilyawan geger!!

Namun Ki Mas Manca berhasil menenangkan mereka!!

Ki Mas Manca memerintahkan dua orang gerilyawan maju kedepan. Jaka Tingkir tanggap, dia membiarkan dua orang gerilyawan itu membawa jenazah Kebo Andanu! Jaka Tingkir sempat berkata lirih, cukup didengar dua orang gerilyawan :

“Lakukan upacara kematian yang layak!”

Dan, Ki Mas Manca memerintahkan seluruh gerilyawan meninggalkan pesangrahan Pegunungan Prawata saat itu juga!

(Peristiwa memilukan ini diceritakan secara simbolis dalam Babad Tanah Jawa. Konon, sesampainya di Pegunungan Prawata, Jaka Tingkir menemukan seekor kerbau liar yang bernama Kebo Andanu. Kerbau tersebut ditangkap oleh Jaka Tingkir, lantas disalah satu telinganya dimasukkannya segenggam tanah yang dibawa dari Banyu Biru. Kerbau liar tersebut berubah semakin liar, lalu dilepaskan ke arah Pesanggrahan Sultan Trenggana! Kerbau mengamuk! Para prajurid pengawal tidak ada yang mampu menaklukkan amukan Kebo Andanu. Bahkan banyak para prajurid yangtewas terkena amukannya! Pesanggrahan Pegunungan Prawata porak poranda oleh olah Kebo Andanu! Sultan Trenggana panik! Lantas, dua orang prajurid menghadap Sultan dan mengabarkan bahwa mereka melihat Jaka Tingkir. Seyogyanya Sultan meminta pertolongan Jaka Tingkir untuk menaklukkan Kebo Andanu. Sultan menyetujui. Jaka Tingkir akhirnya turun tangan. Jaka Tingkir bertempur dengan Kebo Andanu! Kerbau dipegang, namun tidak menurut dan semakin liar! Terpaksa Jaka Tingkir mengeluarkan tanah yang dia masukkan ke telinga kerbau, lalu Jaka Tingkir memukul kepala kerbau! Kepala Kerbau pecah! Kebo Andanu tewas seketika! Sultan Trenggana selamat dari amukan Kebo Andanu. Tanah yang disimbolkan dalam Babad Tanah Jawa tal lain adalah daerah kekuasaan yang sempat dijanjikan kepada Kebo Andanu. Namun daerah kekuasaan tersebut tidak jadi dimiliki Kebo Andanu karena dia telah membangkang perintah Jaka Tingkir : Damar Shashangka.)



Adipati Pajang


Banyak spekulasi merebak dikalangan istana Demak akibat peristiwa tersebut. Namun bagaimanapun juga, Jaka Tingkir terbukti berhasil menyelamatkan nyawa Sultan Trenggana.

Sunan Kudus memberi masukan kepada Sultan bahwasanya Jaka Tingkir adalah sosok berbahaya bagi Demak Bintara. Demikian juga beberapa pejabat yang lain. Namun keberhasilan Jaka Tingkir menyelamatkan nyawa Sultan bukan berarti tidak harus dihargai.

Disisi lain, Nimas Sekaring Kedhaton, putri Sultan Trenggana, memohon kepada ayahandanya agar Jaka Tingkir diperbolehkan memasuki istana kembali. Nimas Sekaring Kedhaton diam-diam jatuh hati kepada Jaka Tingkir.

Melalui serangakaian musyawarah yang rumit, pada akhirnya Jaka Tingkir diberi penghargaan menjabat sebagai seorang Raja Bawahan, seorang Adipati. Hal ini dimaksudkan, agar Jaka Tingkir tidak mempunyai akses langsung dilingkungan Istana Demak. Jaka Tingkir sengaja dijauhkan dari pusat. Jaka Tingkir dikukuhkan sebagai Adipati yang menguasai wilayah Pajang, wilayah yang tak jauh dari Pengging, tanah kelahirannya. Bahkan Pengging-pun kini masuk wilayah Pajang. Dia dikukuhkan dengan gelar ADIPATI ADIWIJAYA yang berarti KEMENANGAN UTAMA. Mass Karebet atau Jaka Tingkir kini bergelar Adipati Adiwijaya!

Ki Mas Manca diangkat sebagai pendampingnya dengan jabatan Patih Njaba. Dia lantas bergelar Patih Mancanegara. Sedangkan Ki Mas Wila dan Ki Mas Wuragil, mereka diangkat sebagai Patih Njero, Jabatan Patih Njero dibebankan kepada mereka berdua.

(Patih Njaba adalah jabatan wakil Raja yang bertugas mengurus urusan ekstern keraton dengan dibantu beberapa mantri, membawahi beberapa pejabat diluar lingkungan ibu kota. Sedangkan Patih Njero adalah jabatan wakil Raja yang bertugas mengurusi urusan intern keraton dengan dibantu pula oleh beberapa mantri dan Ngabehi : Damak Shashangka)

Akses masuk secara langsung ke Istana Demak agak tertutup bagi Adipati Adiwijaya. Namun diam-diam, Adipati Adiwijaya-pun mencintai Nimas Sekaring Kedhaton. Hubungan diam-diam diantara mereka ini memang sudah jauh-jauh hari terjalin. Atas saran Ki Mas Manca atau Patih Mancanegara, Adipati Adiwijaya eminang Nimas Sekaring Kedhaton. Selain atas dasar cinta, Nimas Sekaring Kedhaton bisa dijadikan akses masuk kedalam istana Demak.

Pinangan-pun dilayangkan Adipati Adiwijaya kehadapan Sultan Trenggana. Sultan Trenggana sedikit keberatan. Namun Nimas Sekaring Kedhaton mengancam akan bunuh diri jika pinangan Jaka Tingkir ditolak. Maka Sultran Trenggana terpaksa menerima pinangan tersebut.

Akhirnya, Adipati Adiwijaya berhasil memperistri Nimas Sekaring Kedhaton. Hubungan ini sangat ditentang oleh Sunan Kudus. Sunan Kudus menyarankan kepada Sultan Trenggana agar menutup akses masuk ke Istana bagi Nimas Sekaring Kedhaton. Nimas Sekaring Kedhaton dicap telah murtad karena memilih suami beragama kafir!

Jaka Tingkir berkuasa di Kadipaten Pajang. Beberapa gerilyawan Majapahit dia masukkan kedalam angkatn bersenjata Pajang. Bahkan keturuan Ki Ageng Sela, yaitu Ki Ageng Pamanahan-pun diterima mengabdi sebagai anggota pasukan Pajang!

Kekuatan Shiwa Buddha dan Islam Abangan diam-diam menyatu dibawah panji Pajang.

Diam-diam pula, Sunan Kudus membaca situasi tersebut. Pajang tidak boleh dibiarkan. Sunan Kudus kembali menggalang kekuatan militer khusus yang sepenuhnya berda dibawah kendalinya. Pusat kekuatan militer gemblengan Sunan Kudus ini berada vdi Kadipaten Jipang Panolan.

Putra Pangeran Suryawiyata, Arya Penangsang yang masih muda digemblengnya luar dalam. Arya Penangsang dikaderkan kelak untuk merebut tahta Demak lebih dahulu sebelum pihak Pajang berhasil menguasainya.

Dua kekuatan militrer saling berseberangan berkembang dikalangan angkatan bersenjata Demak! Dan dua kekuatan ini kelak akan berhadapan dalan peranng mengerikan yang berdarah-darah!


(TAMAT)


(16 Pebruari 2010, by Damar Shashangka : Kisah selanjutnya ARYA PENANGSANG)

Sumber :

1. Babad Tanah Jawi
2. Babad Tanah Jawi Demakan
3. Serat Kandha
4. Kronik Tionghoa Klenteng Sam Po Kong- Semarang
5. Cerita tutur masyarakat Jawa
6. Baboning Kitab Primbon, terbitan Sadu Budi, Solo




Tidak ada komentar:

Posting Komentar